Mohon tunggu...
Nurul Purnamasari
Nurul Purnamasari Mohon Tunggu... lainnya -

Membaca jadi candu, menulis mengobati rindu @NurulPurnama07

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hawa: Novel tentang Perempuan Pertama

20 Mei 2013   09:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:18 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13690177291164271588

Judulnya memiliki magnet kuat untuk menarik tangan saya meraih dari deretan buku di Gramedia. Membaca sinopsi di back-cover semakin meyakinkan saya untuk membawanya serta ke kasir. Padahal sejatinya saya ragu, karena ketebalan buku yang pasti membutuhkan waktu lama untuk membacanya dan berdasarkan pengalaman membaca novel sejarah tokohnya pasti banyak. Hm…

Benar sajalah. Buku ini baru saya sentuh dua bulan setelah dibeli. Padahal dalam waktu dua bulan saya sudah membeli beberapa novel dan selesai saya babat. Hingga tersisa novel tebal-tebal yang menanti giliran untuk dibuka dari plastik pembungkusnya. Hebatnya, hanya butuh 3 hari untuk membaca hingga tuntas. Mungkin jika buku tersebut bisa ngomong, "Yaelah...nunggunya 2 bulan, taunya cuma 3 hari lo babat." Hehehe...

Novel “Hawa” yang ditulis Elissa Elliot bercerita tentang kehidupan perempuan pertama dari sudut pandang Kitab Kejadian Lama dan sejarah kehidupan Mesopotamia. Kita tidak akan menemui nuansa religi yang kental dalam buku setebal 511 halaman. Yang kita jumpai adalah cerita yang mengalir dalam kehidupan Adam dan Hawa, serta anak-anak. Bahkan kita akan menemukan dialog-dialog percintaan yang membuat kita mahfum bahwa sebenarnya Adam dan Hawa pun manusia yang memiliki rasa asih dan gelora cinta.

Elissa Elliot menjabarkan dalam empat bagian perjalanan kehidupannya. Beralur maju-mundur, imajinasi kita dimanjakan dengan gambaran keindahan Taman Firdaus dimana Adam dan Hawa berada sangat dekat dengan Tuhan Allah. Emosi kita teraduk saat perjuangan Adam dan Hawa yang harus terlempar ke bumi yang masih amat ganas akibat godaan Iblis, mencari tempat teraman untuk tinggal, dan menghadapi konflik yang terjadi antara anak-anak mereka.

Dengan enam anak yang hidup, dari 19 kali melahirkan, Hawa bercerita tentang karakter anak-anaknya yang jika kita hayati adalah gambaran dari sifat-sifat manusia. Kain yang pemberontak, Abel yang penyendiri, Naava si penggoda saudara lelaki, Aya putri cacat yang selalu penuh kasih, dan si kembar Dara-Jacan yang senantiasa riang. Sosok Hawa digambarkan sebagai perempuan yang pintar, penuh keingintahuan, tetapi selalu menyesal pada masa lalu yang ia lakukan dan membuatnya keluar dari Taman Firdaus. Untuk menjaga kenangannya, Hawa meminta Adam membangun tiruan Taman Firdaus di dekat tempat tinggal mereka. Disanalah Hawa menekuri kejadian demi kejadian yang dialaminya.

Cobaan keluarga Adam-Hawa datang saat mereka melihat sekelompok orang membangun kota. Kain dan Naava adalah yang paling tergoda dengan gemerlapnya kehidupan modern dan berpaling pada dewa-dewa yang dipercaya orang kota. Hingga pertaruhan Kain dengan orang kota yang berakhir pada terenggutnya nyawa Abel ditangan Kain. Kain menuduh Abel merusak tanaman kurma yang sedianya dia jadikan sebagai taruhan dengan orang-orang kota. Padahal perusakan itu dilakukan oleh Aya yang kesal pada Kain, yang selalu mengejeknya sebagai anak cacat kutukan dewa dan Aya menyaksikan Kain membunuh kura-kura kesayangan Dara. Pengakuan Aya dibalas cemoohan dan Kain tetap menuduh Abel, bahkan mengira Abel selalu menggoda Naava. Pembunuhan Abel oleh Kain berujung pada pengusiran Hawa kepada Kain dan Naava.

Sungguh, membaca buku ini rasanya tidak ingin berhenti. Dalam kerasnya kehidupan di bumi, kecewanya Hawa pada diamnya Adam pada masalah keluarga, tetap saja ada sisi roman diantara mereka berdua. Dari buku ini kita dapat belajar tentang sebuah kesetiaan. Kesetiaan pada iman, kesetiaan pada pasangan dan keluarga, serta kesetiaan pada kebenaran.

Membaca buku ini saya harus melepaskan pikiran tentang sejarah Adam dan Hawa yang saya ketahui dalam versi Islam. Dan memang saya niatkan untuk mengetahui seperti apa sejarah cikal bakal manusia dari sudut pandang yang berbeda. Ada beberapa kutipan kalimat yang membuat saya terdiam beberapa detik.

Halaman 111 pada bagian Hawa menceritakan tentang percakapannya dengan Tuhan Allah. “Tuhan Allah tertawa. ‘Aku tidak bisa mengajarkanmu semuanya. Beberapa hal harus kau pelajari sendiri. Itulah kehidupan di dunia. Dengan usia akan datang pengalaman, dan dengan pengalaman, kebijaksanaan. Itulah bagaimana kehidupan seharusnya berjalan.’”

Halaman 493, sebuah gambaran tentang masa tua Adam dan Hawa ketika anak-anak mereka telah mengembara dan memilih jalan hidup sendiri. “’…… Aku membawa engkau di dalam tulang dan ototku. Engkau adalah aku, dan aku adalah engkau…..’” Kalimat tersebut adalah percakapan akhir Adam sebelum meninggalkan Hawa dan kembali pada Sang Pencipta.

Tidak ada karya manusia yang sempurna. Membaca novel ini kita akan mengernyitkan dahi manakala digambarkan ada kelompok manusia lain yang hidup bersandingan dengan mereka. Karena sependek yang saya tahu, keluarga Adam adalah cikal bakal manusia dan tidak ada manusia lain selain mereka. Tetapi tidak perlu-lah mempermasalahkan hal itu. Saya tetap menikmati hingga lembar terakhir.**

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun