Di sebuah desa yang bertempat di pemukiman Geudong terdapat sebuah kampung yang namanya suraro. Kampung suraro adalah kampung yang penuh dengan sejuta misteri.
Lili dan keluarga nya tinggal di kampung suraro. Di belakang rumah lili terdapat sebuah sumur yang tidak dipakai lagi dan sumur tersebut tidak terlalu dalam. Orang orang yang ada di kampung suraro menyebutnya dengan Sumur Tua. Sumur tersebut berada di belakang rumah Lili .Orang sekitar rumah lili sering membuang sampah ke sana dan mereka tidak tau bahwa dibalik mereka yang suka bolak balik buang sampah ada penghuni gaib sumur tersebut yang sedang melihatnya.
Sungguh mengerikan bukan.
Lili berusia sepuluh tahun dan dia masih sekolah di sekolah dasar negeri 1 Suraro. Setiap pulang sekolah Lili selalu ke belakang rumah untuk menggembalakan kambingnya dan menemani kambing kambingnya sampai sore hari dia berdiri tidak jauh dari sumur tua tersebut karena dia sangat takut apalagi banyak orang yang bercerita tentang keanehan sumur tersebut disaat mau membuang sampah ke sana. Di dalam sumur itu banyak sekali kelapa busuk yang jatuh dari pohon kelapa yang tumbuh di sekitar sumur tua. Selain pohon kelapa,di sekitar sumur tersebut ada tumbuh satu pohon pandan yang sangat besar dan memiliki sejuta keanehan. Kata ayah Lili, pohon pandan itu akan membuat kita demam disaat menyentuhnya dan membuat mata kita berwarna merah . Ayah Lili jika ingin mengambil kelapa yang jatuh dia selalu membaca berbagai macam doa. Karena pohon pohon yang ada di sekitar sumur tua itu milik keluarga Lili,bahkan tanah tempat adanya sumur tua itu pun milik ayah Lili.
Lili sangat sering bermain disitu bila hari Minggu karena disitu memiliki udara yang segar di pagi hari dan angin yang lembut di sore hari.
Suatu hari, Paman Lili yang dari kota berkunjung ke kampung suraro tepatnya ke rumah Lili. Lili bersama keluarganya menyambut pamannya dengan penuh gembira. Paman Lili datang sendirian katanya dia mau nginap seminggu di rumah Lili untuk mencari ikan di laut berhubung rumah Lili juga dekat dengan laut.
Pada saat pagi paman Lili pergi ke laut untuk mencari ikan karena dia hobinya melaut. Pulang dari mencari ikan dia selalu istirahat di belakang rumah Lili tepatnya di bawah pohon pandan yang dekat dengan Sumur Tua, di situ paman Lili meletakkan sebuah bangku yang lumayan besar lah bisa untuk tidur tiga orang dewasa jika kita menggunakan untuk tidur. Pamanya selalu di sana, makan di sana, bahkan salat pun di sana. Biasanya Lili yang mengantarkan makanan untuk pamannya saat waktu makan tiba karena dia malas di rumah selain panas di rumah juga sempit, karena rumah Lili yang besarnya sebesar gubuk.
Pernah satu malam pamannya mengajak Lili dan sepupu Lili yang lainnya untuk bakar bakar. Lili bertanya " Dimana kita bakar bakar nya paman?" Sang paman pun menjawab " Disini ajalah." Lili bertanya lagi " emang gak papa paman?" . "Gak lah," jawab pamanya.
Padahal Lili selalu ingat pesan ayah bahwa tidak boleh melakukan hal-hal yang sembarangan di tempat itu. Tapi Lili melihat semua sepupunya yang sangat bersemangat dia peun jadi bersemangat untuk bakar bakar nanti malam. Dan dia sejenak melupakan pesan ayahnya dan pamanya pun tidak percaya tentang apa yang di bilang oleh kakaknya yaitu ayah Lili. Dia bilang itu mitos orang jaman dulu.
Tibalah saat malam bakar bakar tersebut, Lili dan sepupu sepupu nya tidak pergi ngaji dengan alasan mereka bakar bakar karena kalo mereka pergi ngaji mereka pulang nya telat dan Waktu untuk bakar bakar pun sedikit. Jadilah mereka standby di bawah pohon pandan sambil menunggu paman yang lagi membersihkan ikan hasil tangkapannya di laut tadi pagi. Ikannya terlihat sangat segar dan besar - besar terlihat sangat enak bila di makan di bawah pohon pandan nan rindang dan ditemani angin malam yang sejuk di kulit mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI