Mohon tunggu...
Nurul Iswahyuningsih
Nurul Iswahyuningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi | UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

🖋️✨ write, create, inspire!! ur words matter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasar Kangen UNY 2025 : Nostalgia Jogja dalam Balutan Budaya dan Cita Rasa Tradisional

21 Mei 2025   21:54 Diperbarui: 21 Mei 2025   21:54 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto Bersama Salah Satu Penjual Bakwan Pontianak (Sumber : Dokumentasi Pribadi/ Nurul Iswahyu)
Foto Bersama Salah Satu Penjual Bakwan Pontianak (Sumber : Dokumentasi Pribadi/ Nurul Iswahyu)

Yogyakarta tak hanya dikenal karena keindahan alam dan suasana kotanya yang bersahaja, tetapi juga karena kemampuannya mempertahankan nilai-nilai tradisional di tengah laju modernisasi. Salah satu perwujudan nyata dari semangat tersebut tampak dalam Pasar Kangen UNY 2025 dalam rangka Dies Natalis ke-61 ,acara ini digelar dari tanggal 17 hingga 22 Mei 2025, setiap hari pukul 09.00 hingga 22.00 WIB, tepat di area depan Gedung Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Tahun ini, Pasar Kangen mengusung tema "Sinergi Inovasi Menggapai Prestasi", mencerminkan tekad untuk menjembatani kekayaan budaya masa lalu dengan semangat pembaruan. Acara ini menjadi magnet tahunan yang selalu dinantikan oleh masyarakat, baik warga lokal, mahasiswa, maupun wisatawan yang tengah berkunjung ke Yogyakarta.

Sejak hari pertama, suasana sudah terasa hidup. Para pengunjung tampak antusias menyusuri jejeran stand yang menghadirkan berbagai sajian khas Nusantara, seperti kuliner, kerajinan, hingga hiburan seni. Pasar Kangen bukan sekadar tempat berjualan, melainkan ruang bersama yang menyatukan kenangan, rasa, dan cerita dari beragam daerah.

Aroma jajanan tradisional langsung menyambut langkah pengunjung sejak memasuki area pasar. Mulai dari getuk, klepon, cenil, serabi, hingga es lilin dan es potong, semua tersaji dengan tampilan yang mengundang selera. Suasana seperti ini semakin menguatkan suasana nostalgia yang memang menjadi roh utama dari Pasar Kangen.

Salah satu stand yang cukup menarik perhatian adalah milik Bu Anik, seorang penjual bakwan khas Pontianak.  Bakwan ini memiliki cita rasa yang berbeda dari biasanya, lebih gurih, dengan rempah yang terasa kuat dan khas. "Kami bawa bumbu langsung dari Pontianak. Ini resep keluarga yang sudah turun-temurun," katanya kepada para pengunjung yang penasaran. Ia menambahkan bahwa acara seperti ini selalu ditunggunya setiap tahun. "Semoga yang datang bisa menikmati dan mengobati rasa kangen sama makanan khas daerah masing-masing yang sekarang mungkin sudah atau jarang ada."

Pernyataan itu seolah merangkum esensi dari Pasar Kangen: Menghadirkan kembali kehangatan masa lalu dalam bentuk cita rasa dan interaksi yang sederhana. Tak sedikit pengunjung yang mengaku senang bisa menemukan makanan atau mainan yang mengingatkan mereka pada masa kecil.

Di sudut-sudut pasar, tampak pula mainan tradisional seperti congklak, gasing, dan otok-otok. Anak-anak mencoba memainkannya dengan penasaran, sementara orang tua mereka memberi arahan sambil mengenang masa kecil mereka sendiri. Interaksi lintas generasi ini menjadi nilai tersendiri, mempertemukan dunia yang lama dengan yang baru dalam suasana yang cair dan hangat.

Pasar Kangen tak hanya menyuguhkan makanan dan mainan, tetapi juga berbagai produk kerajinan lokal dan hasil karya UMKM, seperti batik, anyaman bambu, jamu tradisional, serta makanan khas dari berbagai penjuru Indonesia. Produk-produk tersebut dijajakan dengan semangat kebersamaan. Banyak dari pedagang yang berbagi cerita tentang asal-usul produknya, proses pembuatannya, dan harapan agar tradisi ini tetap lestari di tengah modernitas.

Di salah satu sisi area, disediakan panggung sederhana tempat pertunjukan seni berlangsung. Ada tari daerah, pertunjukan musik tradisional, hingga permainan musik akustik oleh komunitas lokal. Penonton duduk lesehan, menikmati suguhan budaya sambil menyantap jajanan pasar. Meski tanpa tata panggung yang megah, suasana tetap terasa akrab dan memikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun