Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sirep

28 Oktober 2020   12:16 Diperbarui: 28 Oktober 2020   12:30 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: docprayer.info (Pengembangan-pototipe-buku-pendidikan-budi-pekerti-dalam-memainkan-gamelan-untuk-sd)

Shandya Kala di Parang Garuda
XII

***

Pejabat Carang Soka sudah tampak di bangsal utama tempat dilangsungkan upacara pernikahan, mereka megenakan pakaian kebesaran masing-masing. sepertinya ingin menunjukkan kepada para rombongan dari Parang Garuda, jikalau mereka sangat berada. Pakaian dan penutup kepala dari kain sutera berenda sulaman emas. Kemewahan  mereka hanya sepadan dengan jambul emas dan sayap burung cendrawasih. Para brahmana  yang akan menyatukan dua insan pewaris dua kadipaten tidak kalah wibawanya, meski hanya mengenakan pakaian putih namun jubah yang dipakai adalah kain-kain pilihan kerajaan.  

Putri Rayung Wulan terlihat di dipan yang tertutup kain putih tipis, sementara itu di sekelilingnya para dayang-dayang kaputren yang juga terlihat cantik tidak habis-habisnya mengipasi sang putri agar selalu nyaman. Adipati Puspa Asndung Jaya dan permaisuri sesekali melihat putrinya kenudian melemparkan senyum yang disambut dengan putrinya dengan senyuman juga.

Para pejabat dan keluarga yang melihat adegan itu pasti akan merasa lega, karena seorang putri yang cantik akan dinikah oleh seorang pangeran dari Kadipaten Parang Garuda yang terkenal dengan kekuatan perangnya.  Tidak lagi ngambek seperti kabar yang diterima. Tiba-tiba para Pejabat Carang Soka yang duduk bersimpuh dilantai bangsal utama mendadak memalingkan ke arah suara yang ditunjukkan oleh pengatur acara.

Dari arah masuk bangsal utama yang berhias segala bunga dan buah, seakan-akan mengatakan kadipaten Carang Soka sangat kaya dengan keindahan, masuklah para rombongan temanten pria. Mereka semua tampak gagah dan kokoh-kokoh badannya yang menggambarkan orang-orang Parang Garuda selalu giat mengolah tanah bergelut dengan hasil hutan. Kedatangan Pangeran Jamsari tak urung mengagetkan sebagian besar pejabat di bangsal utama.

Sangat tegap dan berisi perawakan Pangeran Jasarai sangat berbeda dengan kabar yang disebarkan burung. Kabar itu mengatakan kalau Pangeran Jasari kurang tampan dan ada kekurangan fisik, tidak tahu kabar itu disebarkan memang untuk menjelekkan pewaris Parang Garuda atau memang ada yang pernah ditolak olehnya, segala prasangka boleh saja disematkan pada orang yang mengabarkan berita miring itu.

Namun yang pasti siapa pun perempuan yang melihat Pangeran Jasari saat ini pasti akan  mengatakan, "Pastilah  Sangat bahagia orang yang menjadi pendampingnya, sudah gagah pewaris kadipaten yang kuat lagi," bisik dayang-dayang perempuan yang bersimpuh sambil membawa berbagai perlengkapan temanten di samping kiri  bangsal utama.

Di tengah  bangsal utama telah menunggu para brahmana Kadipaten Carang Soka dengan altar persembahan yang berupa sesajen hewan peliharaan yang telah dipotong. Dan bebungaan melati, kenanga, mawar, gambir, hingga hasil sawah pun dari padi, kacang, jagung, ketela semua dirangkai menjadi untaian yang serempak diracik oleh tangan-tangan ahli dari Jepara. Semuanya bergelayut di tiang-tiang tempat altar.  Harum  dupa dan kemenyan menjadikan suasana malam di bawah sendu bulan menjadikan suasana hening tambah sakral.

Cublik, penerang dari getah damar terpasang pada pojok-pojok bangsal dan tersusun simetris dengan altar untuk janji ikatan pengantin. Sehingga bangsal itu pun kelihatan cukup terang untuk acara pernikahan. Doa dan puja  terdengar mengalun sangat ritmis ditingkahi suara burung dan hewan-hewan malam seolah-olah mereka sangat iri dengan cara manusia ketika melakukan acara perkawinan. Perlahan dan sangat hati-hati Rayung Wulan  dipapah oleh dukun nikah kadipaten Kadipaten Carang Soka untuk dipertemukan dengan Pangeran Jasari.

Tidak ada raut kesedihan dan kekecewaan pada  wajah Rayung Wulan. Sepertinya dia sudah menerima segala takdir yang harus dipegangnya. Dan perpisahan pun  harus diterimanya. Sementara itu ada sedikit helaan nafas panjang pada Pangeran Jasari dan hanya ahli batin yang tahu jika ada yang tertinggal dalam batinnya.  Gejolak kekecewaan sebagai seorang lelaki yang harus menurut dengan perintah Ayahandanya. Gejolak cinta pada gadis pegunungan  Suko yang harus tandas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun