Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Intrik Pun Dimulai

23 Oktober 2020   15:46 Diperbarui: 23 Oktober 2020   15:49 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Tentik.com

Diam diam dia mengagumi kekayaan yang dimiliki oleh Carang Soka. Karena untuk mendatangkan batu marmer seperti ini harus diangkut dengan gerobak-gerobak besar dan pilihan. Itu saja belum tukang batu yang harus mengasahnya hingga menjadi halus, kemudian memasangnya menjadi sangat rata dan sangat luas  seperti ini.

Belum lagi ukiran kayu jati yang berbentuk naga dan gunung yang dipadu dengan motif dedaunan menghias hampir seluruh ruangan puri tempat Adipati Yudhapati dan rombongan di tempatkan sebelum disandingkannya dua mempelai,  hasil seni yang sangat tinggi. Dalam hati Yuyu Rumpung sangat mengaguminya.

Hanya orang-orang dari pantai bekas kerajaan Simha yang terletak di ujung utara Jawa Dwipa yang bisa mengukir dengan ketelitian yang sangat tinggi hingga hasilnya sangat halus.  Yuyu Rumpung sangat menyadari kalau Adipati Carang Soka sedang menyindir Yudhapati  sangat halus. Seakan mengatakan kalau soal kekayaan Carang Soka lebih berada daripada Parang Garuda. Dalam hati Yuyu Rumpung semakin besar tumbuh kedongkolannya, hingga ia merasa cepat-cepat ingin perjodohan ini segera terlaksana.

Apa yang sedang ditunjukkan oleh adipati Puspa Andung Jaya membuatnya menjadi berpikir dalam.  Sehingga kata-kata Yudhapati tidak semua bisa di telaah dengan baik.  Iapun gelagapan menjawabnya, "ya.. ya.. semua baik. Semua baik, Kanjeng Adipati" kata Yuyu Rumpung sambil mencoba membenahi pikirannya yang terbang ke mana-mana.

"Yuyu Rumpung, kamu sudah tahu kan kemana arah kata-kataku?"
"Paham sekali Kanjeng Adipati."
"Lalu apa rencanamu."
"Perjodohan ini semoga berjalan lancar."
"Apakah maksudmu perjodohan ini tidak akan lancar?"
"Saya tidak berkata begitu Kanjeng, hanya saja nanti jika sudah punya bukti. Kanjeng Adipati akan mengerti."

Yuyu Rumpung dan Adipati Yudhapati masih bercakap-cakap ketika pintu kamar diketok-ketok oleh prajurit penjaga kemudian mengabarkan kalau rombongan dimohon untuk hadir di bangsal utama karena upacara perjodohan akan dilaksanakan. Adipati Yudhapati memandang Yuyu Rumpung, ada banyak pertanyaan  yang ingin disampaikan. Namun hanya dalam pandangan itu dirinya bisa mengaca kalau Yuyu Rumpung sudah banyak melangkah daripada dirinya. 

Segera ia mendekati rombongan temanten yang sudah siap di depan puri untuk menuju bangsal utama kadipaten Carang Soka. Di sana ada cerita yang akan dirangkai ada nafas yang ditarik pelan dan panjang yang tahu kalau perjodohan ini bukan sekadar atara seorang lelaki dan perempuan. Namun, ada liku-liku strategi antara Yuyu Rumpung dan Singopadu.

(Pati, 23 Oktober 2020)     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun