Mohon tunggu...
Ahmad Choliq
Ahmad Choliq Mohon Tunggu... Jurnalis - Sambal Terasi

Sambal Terasi ( Suka Membaca, menulis, terus berkreasi).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melewati Titik Kehancuranku

21 Mei 2024   18:24 Diperbarui: 21 Mei 2024   18:31 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hutangku setumpuk gunung
pikiranku terjebak bingung
hatiku berkabut
semuanya terasa semrawut.

Sepanjang pagi  Debt Collector
tak berhenti meneror,
berulang menelpon tidak ku respon
mereka banjiri watshaapku dengan ancaman.
"Kau maling !
Kembalikan uang kami !"
Begitulah kata mereka.
"Awas aku meluncur ke rumahmu !
Sembari membawa polisi dihadapanmu."

Inilah pengalaman pahit yang kutelan,
macet bayar pinjol berujung malapetaka
Keluarga merangkul kecewa
Orang tua  terguncang jiwa.

Aku bagai air tenang tapi menghanyutkan,
diam-diam menjadi paku yang menganga
begitu mudah melukai keluarga.

Ibuku seorang janda tua
tak kuasa membendung air mata.
Tak disangka anak yang polos bersahaja
menjelma menjadi anak yang gelap mata.

Uang yang menggiyurkan
membuatku terjerumus ke jurang kehancuran.
Gali lubang tutup lubang
membuatku bergelimang hutang.


Cukuplah ini menjadi batu sandungan.
Aku ingin melewati titik kehancuranku,
berhenti menjadi lakon berhutang
depankan bekerja dan berjuang.
Inginku memeluk rasa tenang,
memperbaiki diri tanpa  bimbang
  dan tumbang.
( Grobogan, 15 Mei 2024 M . Pukul 20.51 WIB).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun