Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Apa Saja Persiapan (Calon) Ibu Menyusui yang Berkarir?

4 Agustus 2016   13:20 Diperbarui: 4 Agustus 2016   14:25 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekan Asi Sedunia (sumber: www.lampost.co)

Memang perempuan itu seringkali lebih perasa. Kadang, ketika suami menuntut istrinya memberikan asi eksklusif, namun di sisi lain dia juga “memberi hukuman” berupa omelan, sindiran, bahkan memarahi istrinya ketika pemberian asi itu ternyata tidak selancar yang diharapkan. Maka, perilaku kurang empati tersebut juga bisa menimbulkan permasalahan tersendiri. Hampir tak pernah ada seseorang yang termotivasi dengan diberikan ancaman, hukuman, sindiran, dan berbagai stimulus negatif lainnya. Jadi, Bapak-Bapak, Para Ayah, yang perlu Anda lakukan itu mendukung, berempati dengan kondisi istri Anda, dan membantunya semampu Anda. InsyaAllah istri Anda akan lebih bersemangat berjuang menjadi busui yang keukeuh sebagaimana yang Anda dan istri sepakati bersama. Termasuk, di dalamnya. Kalau tadinya Anda berdua dengan istri menyempatkan berbelanja kebutuhan bayi seperti: baju, tas bayi, popok, dan lain-lain. Tentu istri akan sangat terbantu kalau suami juga menemaninya berbelanja kebutuhan peralatan menyusui seperti: pompa asi yang baik kualitasnya, botol asi kaca, cooler bag, blue ice / ice gel, dan sebagainya. Oh iya, mungkin seperti remeh tapi penting lho, sediakan baju berkancing / resleting depan yang memudahkan akses menyusui. Bra khusus menyusui juga perlu disiapkan. Terkadang kita teringat hal-hal besar, namun mudah melupakan hal-hal kecil semacam ini. Padahal, repot banget lho, kalau busui nggak dipersenjatai baju yang support menyusui. Kalau Anda tak nyaman menyusui di depan umum (most of us, begitu, kan?), ada baiknya kita siapkan apron (tutup menyusui) atau bagi yang berjilbab bisa memanfaatkan jilbab yang berukuran lebar.

Yang Ke Tiga, Manajemen Asip Dan Dukungan dari Tempat Kerja

Contoh Info Manajemen Asi Perah (sumber: http://aimi-asi.org)
Contoh Info Manajemen Asi Perah (sumber: http://aimi-asi.org)
Kalau yang satu ini memang kebutuhan khas para ibu yang juga bekerja di luar rumah / kantor. Ada baiknya mempelajari betul-betul dan berkonsultasi terkait manajemen asi perah. Juga, ada baiknya kita berusaha memastikan kebutuhan kita untuk memerah asi bisa didukung oleh institusi tempat kita bekerja. Pengalaman pribadi saya, hal ini sempat menjadi kendala tersendiri ketika masa cuti hamil & melahirkan telah habis. Ternyata saya dapati cooler bag hanya bisa maksimal menjaga asi perah tetap dingin selama 12 jam, dengan catatan suhunya suhu kamar. Padahal, tahu sendiri lah suhu di kota yang terletak di pinggir pantai seperti kota saya, apalagi tempat saya bekerja juga jauh dari rumah… Belum lagi kalau harus lembur... pikir saya....Wadugh…saya sempat cenut-cenut, puyeng…

Bismillah….Berbekal tekad dan doa, saya menyampaikan aspirasi kepada pimpinan institusi tempat saya bekerja untuk disediakan kulkas di kantor dan juga ruang laktasi. Kebetulan, saat itu ada beberapa pegawai yang juga menjadi pejuang asi untuk anaknya. Saya sampaikan keluhan, curhatan, kesulitan, dan hambatan yang kami alami, apa adanya. Saya kutipkan beberapa pengalaman busui di tempat kami yang membuat hati menangis. Seperti ketika salah satu teman saya yang anaknya tidak mau menyusui langsung, melainkan hanya bisa dari asi perah (asip) kemudian suatu hari dia terpaksa membuang beberapa botol asi perahnya karena telah rusak ketika sampai rumah sesudah lembur di kantor. Sedih bukan? Dan, jeritan hati serta usulan kami itu ternyata disetujui pimpinan. Memang, ruang laktasi tersebut akhirnya sih jarang (hampir tidak pernah) saya gunakan, mengingat saya masih bisa memerah asi di ruang saya sendiri (ada sekat dan pintu juga yang bisa ditutup, jadi aman, sih). Bagaimanapun, Teman-teman dan saya sendiri berucap syukur dengan gayung bersambutnya jeritan hati kami. Alhamdulillah.

Yang Terakhir adalah Doa.Setelah semua daya upaya kita lakukan, tak ada lain selain doa kepada-Nya. Dia yang memberikan kesempatan istimewa kita menjadi ibu. Dan Dia pula yang menjamin rezeki semua makhluknya.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Salam Asi untuk Ibu-Ibu Pejuang Asi Indonesia!


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun