Hal ini karena saat itu berita ustadz ABB sudah santer yang dituduh teroris dan jadi berita utama di hampir semua media terutama surat kabar.
Sambil menghabiskan sarapan, kami para wartawan memperhatikan situasi dari jarak jauh. Lalu kemudian berusaha mendekat.
Ingin memastikan apa yang akan terjadi setelah sejumlah anak lelaki berpakaian santri tersebut mengunci pagar rumah sakit. Saat itu pula rupanya dari jalan raya mendadak terlihat pasukan bersenjata menuju arah rumah sakit.
Tanpa mengalami kesulitan yang berarti -- meski sempat mendapat perlawanan dari anak lelaki usia pelajar itu -- rombongan bersenjata tersebut dengan gampang menjemput paksa dan membawa ABB ke bandara Solo dan menerbangkan sang ustadz ke Jakarta.
Belakangan kami baru mengetahui, kalau sejumlah pelajar berpakaian santri yang menghalangi di pintu RS, ternyata tidak lain adalah para santri ABB sendiri dari Pesantren Al Amin di Ngeruki, Solo, yang dikelola ustadz ABB.
Seperti diberitakan beberapa media saat itu, Abu Bakar Ba'asyir diambil paksa dari PKU Muhammadiyah Solo bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, Senin (28/10/2002). Pada peristiwa itu, pihak Polri melakukan tindakan paksa dengan menjebol pintu kamar ruang VIP Al-Firdaus No 9, tempat Ba'asyir dirawat, dengan senjata pistol.
Sedikitnya tiga pengikut Ba'asyir yang berusaha melindungi pimpinannya mengalami luka karena terlibat kontak fisik dengan aparat Polri. Beritanya ada DI SINI
Segera saya menghubungi redaksi koran sore Harian Terbit di Jakarta tempat saya bekerja, dan minta disiapkan tempat di halaman 1 (depan) untuk berita dari Solo: "Ustadz ABB Dijemput Paksa Dari RS PKU Muhammadiyah Solo".
Berita yang dimuat di siang hari tersebut menjadi heboh dan saya diperintahkan kantor untuk tetap bertahan di Solo. Diminta mengikuti perkembangan situasi pasca penjemputan paksa ustadz ABB.
Rombongan wartawan dari Jakarta yang semula mau menonton dan meliput pagelaran wayang di Solo, langsung terfokus perhatiannya kepada peristiwa yang lebih bernilai berita ini.
Malam hari, pagelaran wayang tetap berlangsung. Wartawan tetap meliput. Tapi berita wayang "tenggelam" dan kalah heboh dengan berita penjemputan paksa "terduga teroris", ya...status masih terduga saat itu, sebelum akhirnya ustadz ABB dijebloskan ke penjara.