Mohon tunggu...
Nursyifa Amalia
Nursyifa Amalia Mohon Tunggu... Guru - Guru/SMPN 16 Kota Cirebon

Hobi: membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practice Pembelajaran Zat Aditif dan Zat Adiktif

28 September 2022   10:20 Diperbarui: 28 September 2022   10:25 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Zat aditif makanan dan zat adiktif merupakan materi kelas 8 semester 1 dan materi ini bersifat sangat kontekstual. Materi ini yang saya angkat dalam melakukan Best Parctice yang dilaksanakan melalui kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan September 2022. Materi zat aditif makanan dilaksanakan pada Praktek Pengalaman Lapangan 1 pada tanggal 29 Agustus 2022 sedangkan materi zat adiktif dilaksanakan pada Praktek Pengalaman Lapangan 2 tanggal 15 September 2022.

Adapun tujuan yang ingin dicapai baik dari Praktek Pengalaman Lapangan 1 maupun Praktek Pengalaman Lapangan 2 adalah mengatasi kesulitan belajar peserta didik dan Peserta didik terbiasa dengan pembelajaran berbasis HOTS. Pada pembelajaran zat aditif makanan saya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan metode diskusi dan praktikum, sedangkan pada pembelajaran zat adiktif saya menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dengan metode diskusi.

Latar belakang pelaksanaan Best Practice ini adalah pembelajaran masa pandemi selama 2 tahun belakangan ini. Terbiasa belajar di rumah selama pandemi menyebabkan kemampuan belajar peserta didik berkurang, terutama kemampuan literasi siswa. Sedangkan konten mata pelajaran IPA terdiri atas fakta, konsep, dan prosedural yang menuntut peserta didik untuk berliterasi. Bahkan tidak sedikit konten metakognitif yang menuntut didik untuk berpikir tingkat tinggi. Hal ini yang menyebabkan mata pelajaran IPA dianggap sulit oleh peserta didik. Terlihat dari nilai ujian IPA yang masih banyak di bawah KKM yaitu hampir setengahnya, sekitar 48%. Dan saat proses pembelajaran hanya 5 siswa dari 30 siswa yang memahami materi yang disampaikan oleh Guru.

Kondisi ini diperburuk dengan pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton dan tanpa menggunakan media yang menarik bagi peserta didik. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang inovatif dan pemanfaatan media yang diimplementasikan oleh Guru. Selain itu, pada abad ke-21 peserta didik akan dihadapi dengan tantangan global yang sangat banyak. Diantaranya adalah peserta didik harus bisa mengembangkan keterampilan berpikirnya, komunikasi verbal dan tulis, teamwork, kreativitas, keterampilan meneliti, dan problem solving untuk bersaing dan tumbuh dengan baik di masa depan. Sehingga diperlukan pembelajaran di sekolah yang mampu mengembangkan keterampilan tersebut. (Munawaroh, isniatun,"Konsep Dasar Ilmu Pendidikan", Jakarta: November 2019).

Disinilah peran saya sebagai Guru untuk merancang perangkat pembelajaran yang memotivasi siswa untuk berliterasi dan mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa. Dalam perangkat pembelajaran tersebut berisi RPP yang mengembangkan LOTS maupun HOTS siswa, LKPD yang membantu siswa berdiskusi dalam pembelajaran, bahan ajar yang mengembangkan kemampuan berliterasi siswa, media ajar yang mengembangakan kemampuan berpikir kritis siswa serta evaluasi yang menguji kemampuan LOTS maupun HOTS siswa.

Berdasarkan hasil indentifikasi masalah melalui refleksi diri, wawancara guru,kepala sekolah dan pengawas, maka tantangan yang terjadi diantaranya:

  • Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA sangat kurang
  • Motivasi siswa dalam berliterasi sangat kurang
  • Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran inovatif yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
  • Pengalaman Guru sangat kurang dalam mengaplikasikan pembelajaran inovatif dalam kegiatan belajar mengajar
  • Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah masih terbatas

Adapun dalam mengatasi tantangan tersebut diperlukan keterlibatan dalam berbagai pihak diantaranya:

  • Guru harus mampu merancang pembelajaran yang mengajak siswa untuk berliterasi.
  • Guru harus mau memulai melakukan pembelajaran inovatif di dalam kelas sehingga diharapkan pembelajaran IPA menjadi terasa menyenangkan bagi siswa.
  • Guru dan rekan guru lainnya, terutama MGMP IPA di sekolah harus sering melakukan diskusi mengenai pembelajran dikelas dengan mengevaluasi maupun sharing pengalaman pembelajaran yang telah dilakukannya sehingga pembelajaran IPA ke depannya akan menjadi lebih baik lagi, terutama dalam mengembangkan pembelajaran inovatif
  • Kepala sekolah harus mau memfasilitasi guru dalam mengembangkan pembelajran inovatif, terutama dalam hal saran prasarana
  • Siswa harus bisa diajak berperan aktif dalam pembelajaran

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut diantaranya:

  • Koordinasi dengan kepala sekolah terkait sarana dan prasarana sekolah yang dibutuhkan untuk mempraktikkan pembelajaran  inovatif
  • Melakukan wawancara dan diskusi dengan rekan sejawat terkait pembelajaran seperti apa yang cocok untuk diterapkan
  • Melakukan kajian literatur untu menentukan model pembelajaran inovatif apa yang tepat untuk mengembangkan berliterasi siswa dan kemampuan berpikir siswa
  • Mementukan solusi yang tepat untuk mengembangkan berliterasi siswa dan kemampuan berpikir siswa
  • Menentukan waktu yang tepat untuk menerapkan pembelajaran inovatif yang telah ditentukan.

Adapun strategi pembelajaran yang digunakan adalah dengan menerapkan model problem based learning yang mengajak siswa untuk mengatasi masalah-masalah kontekstual yang terjadi dilingkungannya dengan dipandu LKPD yang telah dibuat Guru. Media yang digunakan adalah media audiovisual dengan menggunakan smartboard untuk menampilkan powerpoint dan video terkait masalah yang diangkat dalam pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan adalah diawali dengan mengajak siswa untuk berliterasi, mengeksplor pengetahuannya mengenai zat aditif makan dengan berdiskusi mengerjakan LKDP. Kemudian siswa diberikan permasalahan kontekstual mengenai zat aditif berbahaya melalui tayangan video. Lalu siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan merancang penyelidikan untuk memecahkan masalah tersebut. Setelah itu siswa melakukan penyelidikan, menganalisis data hasil penyelididkan dan membuat kesimpulan. Kemudian diharapkan siswa dapat mengimplementasikan pemecahan permasalahan yang telah ditemukan terhadap permasalahan sejenis.

Banyak yang terlibat dalam pelaksaanaan rencana aksi ini diantaranya:

  • Rekan guru IPA lain yang menjadi teman diskusi untuk menentukan strategi pembelajaran inovatif yang tepat untuk dilaksanakan
  • Guru TIK yang membantu untuk menyiapkan sarana prasarana yang diperlukan untk pembelajaran
  • Rekan guru yang menjadi kamerawan dalam perekaman rencana aksi yang telah dilakukan

Sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi pembelajaran tersebut diantaranya:

  • Alat dan bahan praktikum yang disiapkan oleh siswa sendiri
  • Sarana dan prasarana pembelajaran seperti smartboard, speaker, dan gadget yang dimiliki siswa
  • Adapun biaya yang diperlukan dalam pelaksaan pembelajaran ini sangat terjangkau karena alat dan bahan yang digunakan sangat sederhana dan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari
  • Waktu pelaksanaan rencana aksi ini dilakukan di jam KBM yang telah terjadwal

Dampak dari langkah-langkah aksi pembelajaran yang yang telah dilakukan diantaranya:

  • Siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan siswa belajar untuk memiliki keterampilan merumuskan masalah dan merencanakan penyelidikan untuk memecahkan masalah.
  • Siswa belajar untuk bekerja dalam kelompok (teamwork) untuk memecahkan masalah yang diberikan, walaupun masih terlihat masih ada beberapa siswa yang pasif dalam diskusi kelompok.

Rencana aksi yang dilakukan, tujuan pembelajaran sudah tercapai dan dari hasil refleksi siswa cukup senang dengan pembelajaran inovatif yang telah dilakukan. Walaupun beberapa siswa masih belum percaya diri dalam mempresentasikan hasil penyelidikannya.

Faktor keberhasilan dari strategi pembelajaran tidak lepas dari dukungan dosen pembimbing dalam menyusun perangkat pembelajaran yang lengkap dan matang. Dukungan kepala sekolah yang menyediakan saran prasarana yang dibutuhkan. Sedangkan hambatan yang terjadi adalah kurangnya pengalaman guru dalam melaksanakan pembelajaran inovatif sehingga manajemen waktu proses pembelajaran kurang baik.

Pada proses merancang penyelidikan, siswa agak kesulitan sehingga membutuhkan diskusi yang cukup lama. Hal ini terlihat dari 6 kelompok, ada 2 kelompok yang kebingungan dalam merancang percobaan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan demonstrasi dari guru sebelum siswa diminta merancang percobaan. Sedangkan pada proses melakukan penyelidikan ada beberapa siswa yang tidak serius, hal itu terlihat dari beberapa siswa pada 3 kelompok yang berneda yang memainkan alat dan bahan praktikum bahkan memakan bahan praktikum. Hal ini dapat diatasi dengan membuat instrumen praktikum yang tepat yaitu dengan mengumpulkan bahan sampel yang dikumpulkan oleh siswa dan memberikan sedikit sampel saja kepada siswa agar tidak ada sampel bahan praktikum yang dimakan.

Sedangkan pada proses pembelajaran Projek Based learning, produk yang dihasilkan ada 1 produk yang tidak sesuai harapan. Sehingga diperlukan konsultasi terlebih dahulu kepada guru sebelum produk poster dipublikasikan.

Untuk rencana tindak lanjut untuk pembelajaran berikutnya, terutama dalam pembelajaran topik zat aditif dan zat adiktif harus dilakukan diskusi alasan yang logis dengan siswa mengapa penyalahgunaan  zat aditif dan zat adiktif trtjadi, kemudian didiskusikan dampaknya seperti apa dan seharusnya seperti apa. Selain itu dalam pembelajaran zat adiktif juga boleh dimasukkan nilai-nilai agama dalam upaya mendidik siswa untuk mencagah penggunaan zat adiktif.

Dan untuk memfasilitasi keaktifan siswa, perlu dibuat bahan ajar berupa anjuran atau instruksi melakukan sesuatu termasuk kinestetis, interpersonal, ekstrapersonal, HOTS dan TPACK. Kemudian untuk instrumen evaluasi perlu dibuat rubrik yang tepat. Dan siswa yang penilaiannya rendah perlu dilakukan pendekatan agar penilaiannya dapat diperbaiki sesuai rubrik yang telah dibuat. Jika dilakukan penilaian peerassesmen terhadap produk yang dibuat siswa, perlu dibuat rubrik penilaian yang jelas yang dapat digunakan siswa. Kemudian penilaian tersebut dapat digabungkan dengan penilaian yang telah dibuat guru. Sehingga diperoleh nilai evaluasi dan tidak perlu dilakukan penilaian evaluasi tertulis berupa soal ulangan karena soal yang diujikan sama dengan soal yang dibahas saat pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun