"Diajak saja. Kan bisa tuh, naik honda,"
Saya ikuti dia menuju warung penjual bensin. Di sela-sela itu saya mengajaknya berbincang tentang suka-dukanya  sebagai tukang panen.
"Enaknya, memanen  upahnya sistem borongan. Dihitung per karung. Prosesnya, nyabit, ngmpeh (merontok manual), dan ngantar. Pokoknya pemilik sawah terima gabah sampai di rumah,"  jelasnya.
"Dukanya?"
"Ya, seperti sekarang.  Kerja di tengah paneh ahak (panas terik). Hangatnya minta ampun. Kulit serasa hangus  terpanggang," tambahnya.
 "Tak puasakah."
"Daripada nganggur  menjelang padi kami masak. Ibu tengok sendiri, tanggung jawab kami berat. Si sulung yang cewek itu  kelas 1 SMK. Sekarang enak, lagi libur corona.
"Hari biasa setiap ke sekolah butuh bensin dan uang  ala kadarnya. Tetapi dia bawa bekal, jarang jajan. Duit  ditabungnya  untuk keperluan sekolah. Buat ongkos praktik dan lain-lain. Bahkan dengan sisa tabungannya dia bisa beli sepatu sendiri.