Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ingin Menikmati Sedapnya Daging Tikus? Datanglah ke Negara-negara Ini!

14 Januari 2020   22:00 Diperbarui: 15 Januari 2020   04:24 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tikus (Kompas.com/Francisco Martins)

Para petani sengaja berburu tikus, selain menyelamatkan tanaman mereka, tikus juga dijual di pasar untuk menambah penghasilan. Per kilogramnya dihargai 200 rupee (Rp. 41.400,-).

5. Indonesia
Di wilayah tertentu, orang Indonesia juga gemar makan tikus. Di antaranya di Manado Sulawesi Utara, yang punya kuliner ekstrem dan menarik perhatian. Di wilayah Minahasa, banyak restoran yang memasukkan tikus ke dalam menu makanan. Bahkan tikus sudah dianggap seperti daging ayam atau daging sapi.

Untuk menghilangkan aroma amis, biasanya tikus-tikus ini diolah dengan berbagai rempah khas Indonesia, seperti daun jeruk, kemangi, serai, dan kunyit.

Saya berpikir, alangkah bagusnya negeri yang membutuhkan daging tikus seperti Menado dan Minahasa ini dijadikan pangsa pasar bagi daerah yang populasi tikusnya membludak seperti di kampung saya.

Namun, saya menduga belum banyak orang Indonesia yang siap makan hewan yang divonis sebagai pembawa bakteri dan virus berbahaya dan mematikan ini. Terlebih masyarakat yang tinggal di pedesaan dan sangat fanatik dengan menu tradisional ala nenek moyang.

Kecuali dalam kondisi mendesak. Umpamanya untuk keperluan pengobatan.

Dahulu, teman Emak saya punya anak cowok suka nyolong. Supaya dia berhenti maling, oleh ibunya dikasih dia makan bayi tikus. Dibikin gulai berbungkus daun muda kacang panjang. Ramuan tersebut dia peroleh dari mulut ke mulut. Nyatanya, sampai hampir mati pun dia tetap nyolong.

Saya punya teman Teti, bukan nama sebenarnya. Tahun 90an dia dan suaminya buka warung bakso di sebuah kota kecil. Siang dan malam padat pengunjung. Saking ramainya, mereka mampu membayar beberapa karyawan. 

Belum genap 3 tahun, berhembus kabar bahwa dia menggunakan daging tikus sebagai campuran bola baksonya. Usahanya mendadak bangkrut. Sampai sekarang saya tak tahu lagi di mana keberadaannya.

Zaman itu banyak pedagang bakso kena imbasnya. Baik bakso keliling maupun bakso di warung-warung terkenal. Warga enggan menyantap bakso karena takut terkecoh dengan daging tikus.

Butuh bertahun-tahun untuk meyakinkan masyarakat bahwa isu tersebut adalah fitnah atau hoaks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun