Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Listrik Padam dan Hukum Karma? Apa Hubungannya dengan Kebohongan Ratna Sarumpaet?

11 Oktober 2018   20:24 Diperbarui: 11 Oktober 2018   20:52 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber stiker: kantormeme.blogspot.com

Namanya emak-emak. Kalau udah ngumpul  ada saja topik bahasan yang akan  mereka kupas. Pembicaraan merembet ke politik.  

Gara-gara saya mau meladeninya,  warung gorengan jadi rame. Salah satu pelanggan yang belanjaannya sudah dibungkus, masih enggan meninggalkan tempat. Dia angkat bicara. "Para politikus di tivi itu pantas dikasih hukum karma ya, Nek? Mereka itu  saling menjelek, menghujat, dan mencaci. Kayak "Sarung Pahit".

Kejang perut saya menahan tawa. Bagaimanapun saya menanggapinya serius.  Agar dia tidak malu, saya luruskan pelafalan nama sang aktivis yang sedang disandera kasus hukum itu.

"Ya. Itu dia manusia yang kena hukum karma. Karena mulutnya terbiasa mencaci maki, lidahnya terjerumus pada  ucapan bohong. Sekarang dia kena getahnya. Dan bla bla bla," tambah ibu muda itu.

Semua pendengar tertawa. Plus bumbu-bumbu lainnya yang masih berkisar tentang politik, sampai ke capres/cawapres yang akan menjadi pilihan masing-masing.

Percaya pada hukum karma, sudah mendarah daging bagi sebagian besar masyarakat di tempat saya. Mereka sangat meyakini  bahwa setiap perbuatan jahat itu pasti Allah membalasnya dengan hukuman setimpal.

Kemarin saya dicurhati adik sepupu suami. Dia bilang, barusan  ada keluarganya dari Jakarta nelepon. Minta dicarikan jodoh buat putrinya yang sudah terbilang berumur. "Saya marah dalam hati. Dahulu  dia sering nyindir saya. Kalau saya ini gadis tua tak laku. Udah 35 tahun belum dapat jodoh. Eh, sekarang anaknya mendekati kepala empat. Tak laku-laku. Hukum Karma."

Tak bisa disangkal, apabila ada nasib jelek menimpa seseorang sering dikait-kaitkan dengan hukum karma. Padahal, Islam tidak membenarkan pandangan demikian. Karena termasuk menebak hal yang  ghaib. Allah berfirman, "Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah."  (An-Naml: 65). (Maaf, saya tidak mengulas hal ini lebih detail. Takut salah).

Terlepas dari kaitannya dengan ajaran agama apa pun,  secara pribadi saya menilai bahwa pandangan begini banyak nilai positifnya. Karena takut hukum karma yang mereka sebut hukum Allah, setiap individu berpikir seribu kali untuk melakukan kejahatan. Terlebih berbuat keji kepada orang lain.

Pertama bergabung dengan masyarakat negeri yang saya diami sekarang ini, saya kaget. Anak  Sekolah Dasar saja takut pada hukum karma. (Meskipun tidak semua).  Tergantung didikan orangtua dalam keluarga. Katanya, kalau dirinya menganiaya orang lain, ntar diberikan oleh  Allah balasan lebih berat daripada kesalahan yang dia lakukan.

Uniknya, mereka  yang  menghamba pada kesaktian "hukum karma" ini bawaannya tertutup. Kalau ada anggota keluarganya yang sakit atau tertimpa musibah yang tidak diinginkan, selagi bisa ditutup-tutupi  mereka berusaha merahasiakannya. Kecuali terhadap kerabat dekat.  Mungkin mereka khawatir dituduh karena hukum karma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun