Mohon tunggu...
Nur Seta Bramadi
Nur Seta Bramadi Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku, Wiraswasta, Suka Musik Rock / Film Action / Game PC / Filateli / Meditasi, dan Hidup Simple.

Penulis buku: Filateli Sebagai Hobi dan Investasi (Balai Pustaka, 2001), Kursus Singkat Bahasa Inggris (BIP, 2011), Kursus Singkat Percakapan Bahasa Inggris (BIP, 2013), Kursus Singkat Bahasa Inggris Bisnis (BIP, 2016), dan Percakapan Inggris-Indonesia Bidang Keperawatan dan Rumah Sakit (BIP, 2021). Lahir dan tinggal di Jakarta. Facebook: Nurseta Bramadi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sejarah Singkat Filateli

2 Agustus 2021   15:29 Diperbarui: 2 Agustus 2021   16:01 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin generasi zaman sekarang banyak yang tidak tahu apa itu filateli. Itu adalah hobi mengumpulkan prangko dan benda-benda pos yang dikirimkan lewat kantor pos. Kini, masyarakat sudah jarang sekali --atau bahkan tidak pernah lagi-- mengirimkan surat, kartu pos, atau paket lewat kantor pos yang ditempeli prangko.

 Sebagai gantinya, paket dikirimkan lewat kurir yang dibayar lewat e-money. Sementara surat bisa dilayangkan dalam bentuk e-mail, facebook, atau whatsapp. Walhasil, prangko semakin tidak dikenali lagi. Apakah hobi mengumpulkan prangko dan benda-benda pos lainnya juga ikut "mati"?

Sepertinya -- atau semoga-- tidak. Peminat filateli mungkin memang berkurang, tapi tentu saja tidak lantas peminatnya hilang menjadi 0%. Data persisnya sulit didapat. Apalagi jumlah yang terungkap belum tentu juga valid atau merefleksikan jumlah yang sesungguhnya. 

Menurut sebagian pedagang filateli yang pernah saya temui di Kantor Filateli Jakarta, peminat filateli mungkin tinggal berjumlah sekitar 10.000 - 20.000 orang saja. Sebuah angka yang relatif kecil untuk negara dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa seperti Indonesia. Beberapa grup Fb filateli pun jumlah anggotanya hanya beberapa ribu orang saja, bahkan ada yang hanya beberapa ratus orang.

Oke, kita kembali ke topik awal saja, yakni tentang sejarah singkat filateli. Saya coba ringkas dari buku Filateli Sebagai Hobi dan Invetasi yang ditulis oleh Bramadi (saya sendiri) dan diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 2001.  Kata filateli berasal dari bahasa Yunani philos yang artinya 'teman' dan ataleia yang artinya 'pembebasan'. 

Maksudnya, dengan mengumpulkan prangko kita bisa mendapatkan teman dan terbebas dari biaya pengiriman pos. Prangko ditemukan oleh Sir Rowland Hill, seorang Inggris yang lahir pada 3 Desember 1795. Prangko pertama resmi digunakan dinas pos Inggris pada 6 Mei 1840. Bentuk dan warnanya masih sederhana (hitam-putih) dan tanpa lem di belakangnya. 

Seiring dengan penemuan prangko itu, yang juga dibarengi dengan penerbitan prangko-prangko lainnya, mulai muncul minat orang untuk mengumpulkannya. Awalnya, mereka mengumpulkan bukan untuk koleksi, melainkan untuk "didaur-ulang" agar prangko itu bisa digunakan lagi untuk mengirim pos. 

Maklum, ketika itu kualitas tinta cap pos masih rendah sehingga mudah dihapus. Jadi, motivasinya adalah penghematan. Tentu saja hal ini tidak berlangsung lama karena dinas pos Inggris segera melakukan pembenahan, termasuk dalam hal pelanggaran hukum bagi yang "mendaur-ulang" prangko-prangko yang sudah digunakan. 

Tahun 1861, terbitlah katalog prangko yang pertama seiring dengan makin beragamnya prangko yang diterbitkan. Setahun kemudian, yakni 1862, mulai dijual album prangko pertama. Sebelumnya, orang mengoleksi prangko hanya dalam buku tulis biasa yang tentunya kurang memadai.

 Uniknya, istilah filateli sendiri bukan dicetuskan oleh orang Inggris, tapi oleh orang Prancis bernama Herpin, pada tahun 1864. Wadah organisasi bagi para filatelis (peminat filateli) dibentuk di Prancis pada 1926 dan berkedudukan di Zurich (Swiss). Oke, itu adalah sekilas tentang sejarah filateli di dunia. Bagaimana dengan di Indonesia?

Kantor pos pertama di Indonesia didirikan di Batavia pada 26 Agustus 1746 oleh Gubernur Jenderal G. W. Baron Van Imhoff. Waktu itu, belum ada prangko, tapi masih menggunakan stempel khusus. Pada tahun 1789-1795, digunakan stempel khusus dengan lambang VOC. 

Prangko pertama di Indonesia diterbitkan pada tahun 1864 bergambar Raja Willem III dari Belanda dengan nilai nominal 10 cent. Prangko ini dirancang oleh T. W. Kaiser dari Amsterdam dan dicetak sebanyak 2 juta keping di Utrecht (Belanda). Ada tulisan Nederl Indie pada prangko itu yang menyiratkan bahwa Indonesia berada di bawah kekuasaan Belanda. 

Ketika zaman pendudukan Jepang, semua prangko terbitan Belanda dicetak tindih dengan tulisan Jepang sebagai tanda bahwa kekuasaan Belanda sudah diganti Jepang. Prangko dan benda-benda pos zaman Jepang ini termasuk langka dan banyak diburu kolektor, baik dari Indonesia maupun manca negara, meskipun harganya relatif mahal. 

Setelah Jepang menyerah pada Sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, mulailah kita pun mencetak prangko kita sendiri yang bertuliskan Republik Indonesia. 

Prangko dan benda-benda filateli zaman revolusi ini pun banyak diburu kolektor karena nilai historisnya. Ada juga beberapa prangko kita yang dicetak di Wina (Austria) dan Philadelphia (AS) sebagai salah satu bentuk promosi negara Indonesia yang baru berdiri. Prangko-prangko ini pun sangat menarik dan juga disukai oleh para kolektor. 

Di Indonesia, orang sudah mulai menyukai prangko sejak zaman Belanda. Awalnya, hobi mengoleksi prangko ini hanya ada di kalangan orang Belanda atau Eropa saja. Namun, kemudian orang Indonesia pun mulai menyukainya. Perkumpulan filatelis pertama berdiri di Batavia pada 29 Maret 1922. 

Nama perkumpulan dan bahasa pengantarnya masih bahasa Belanda. Tahun 1953, setelah Indonesia merdeka, bahasa Indonesia mulai digunakan. Nama perkumpulannya pun diubah ke bahasa Indonesia, yakni Perkumpulan Umum Philatelis Indonesia (PUPI). Tahun 1985, diadakan kongres filateli di Jakarta. 

Salah satu hasil kongres itu adalah diubahnya nama perkumpulannya menjadi Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) --sesuai EYD-- hingga kini. 

Itu saja sekilas tentang sejarah filateli. Semoga bisa sedikit menambah wawasan. Untuk info lebih lanjut, bisa hubungi Kantor Filateli Jakarta atau Divisi Filateli PT Pos Indonesia via google/internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun