Mohon tunggu...
Nur Seta Bramadi
Nur Seta Bramadi Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku, Wiraswasta, Suka Musik Rock / Film Action / Game PC / Filateli / Meditasi, dan Hidup Simple.

Penulis buku: Filateli Sebagai Hobi dan Investasi (Balai Pustaka, 2001), Kursus Singkat Bahasa Inggris (BIP, 2011), Kursus Singkat Percakapan Bahasa Inggris (BIP, 2013), Kursus Singkat Bahasa Inggris Bisnis (BIP, 2016), dan Percakapan Inggris-Indonesia Bidang Keperawatan dan Rumah Sakit (BIP, 2021). Lahir dan tinggal di Jakarta. Facebook: Nurseta Bramadi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sejarah Singkat Filateli

2 Agustus 2021   15:29 Diperbarui: 2 Agustus 2021   16:01 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Prangko pertama di Indonesia diterbitkan pada tahun 1864 bergambar Raja Willem III dari Belanda dengan nilai nominal 10 cent. Prangko ini dirancang oleh T. W. Kaiser dari Amsterdam dan dicetak sebanyak 2 juta keping di Utrecht (Belanda). Ada tulisan Nederl Indie pada prangko itu yang menyiratkan bahwa Indonesia berada di bawah kekuasaan Belanda. 

Ketika zaman pendudukan Jepang, semua prangko terbitan Belanda dicetak tindih dengan tulisan Jepang sebagai tanda bahwa kekuasaan Belanda sudah diganti Jepang. Prangko dan benda-benda pos zaman Jepang ini termasuk langka dan banyak diburu kolektor, baik dari Indonesia maupun manca negara, meskipun harganya relatif mahal. 

Setelah Jepang menyerah pada Sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, mulailah kita pun mencetak prangko kita sendiri yang bertuliskan Republik Indonesia. 

Prangko dan benda-benda filateli zaman revolusi ini pun banyak diburu kolektor karena nilai historisnya. Ada juga beberapa prangko kita yang dicetak di Wina (Austria) dan Philadelphia (AS) sebagai salah satu bentuk promosi negara Indonesia yang baru berdiri. Prangko-prangko ini pun sangat menarik dan juga disukai oleh para kolektor. 

Di Indonesia, orang sudah mulai menyukai prangko sejak zaman Belanda. Awalnya, hobi mengoleksi prangko ini hanya ada di kalangan orang Belanda atau Eropa saja. Namun, kemudian orang Indonesia pun mulai menyukainya. Perkumpulan filatelis pertama berdiri di Batavia pada 29 Maret 1922. 

Nama perkumpulan dan bahasa pengantarnya masih bahasa Belanda. Tahun 1953, setelah Indonesia merdeka, bahasa Indonesia mulai digunakan. Nama perkumpulannya pun diubah ke bahasa Indonesia, yakni Perkumpulan Umum Philatelis Indonesia (PUPI). Tahun 1985, diadakan kongres filateli di Jakarta. 

Salah satu hasil kongres itu adalah diubahnya nama perkumpulannya menjadi Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) --sesuai EYD-- hingga kini. 

Itu saja sekilas tentang sejarah filateli. Semoga bisa sedikit menambah wawasan. Untuk info lebih lanjut, bisa hubungi Kantor Filateli Jakarta atau Divisi Filateli PT Pos Indonesia via google/internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun