Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Manis di Kereta Waktu

18 Februari 2021   12:06 Diperbarui: 18 Februari 2021   13:00 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: depositphotos.com

Dokter Yan tercenung. 

Setiap manusia punya hak hidup bahkan sejak ia masih berupa janin dalam kandungan; jangan gunakan keahlian kalian untuk hal-hal komersial yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan.

Dasar gadis sialan! Kenapa dia bikin aku pening begini? 

Gila! Di saat harga barang melonjak akibat resesi ekonomi. Saat istri bawel menuntut uang belanja lebih untuk gonta-ganti mobil baru demi persaingan dengan teman-teman arisan sosialitanya!

Migrennya meradang. 

Saat stress atau kelelahan, tamu bangsat ini kerap datang tanpa diundang. 

Bahkan sering ia merasa disorientasi, tidak tahu di mana berada atau menjadi pelupa. 

Terutama sejak setahun terakhir. 

Ketika Nina yang dulu manis kini menjelma menjadi monster mengerikan di tahun ketiga perkawinan mereka. Tuntutannya sering keterlaluan bahkan untuk seorang dokter yang bekerja di tiga rumah sakit sekaligus dan buka praktek pribadi pada malam harinya seperti dirinya.

Tak ayal ia kerap menghibur diri di tempat-tempat hiburan malam atau panti pijat. 

Menikmati gelegak alkohol yang membuatnya tetap merasa jantan meski Nina kerap meremehkannya karena ia hanya mahasiswa miskin dari pelosok Sibolga sana yang beruntung bisa kuliah hingga spesialis karena sokongan beasiswa universitas dan kucuran dana mertuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun