Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Inilah Rahasia Judul "Clickbait" Lebih Laris

6 Desember 2020   05:41 Diperbarui: 6 Desember 2020   05:41 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikutnya tentang konco-konco nama pena. Antara lain, judul.

Salah satu jurus untuk menaklukkan pembaca dan sudah populer dipraktikkan adalah membuat judul yang membuat penasaran atau eye-catching. Sekarang lebih populer dengan istilah click-bait (umpan klik). Dan kita laksana ikan-ikan lugu yang kerap terjebak dengan judul-judul clickbait yang menggiurkan namun sejatinya pepesan kosong. 

Namun, itulah trik pemasaran. Intinya, awalilah tulisan kita dengan ledakan (bang), sekadar mengutip Ismail Marahimin dalam buku Menulis Secara Populer. 

Ada prinsip kuno, dengan majas ironi, dalam jurnalisme: Good news is bad news, but bad news is good news. 

Contoh klasiknya adalah berita yang luar biasa bukanlah anjing menggigit orang tapi orang yang menggigit anjing. Barangkali terkesan ngawur. Namun dalam konteks menarik perhatian pembaca, pendekatan tersebut bisa kita pakai. Misalnya dalam pemilihan judul. Seperti manusia, penampilan luar adalah hal penting. Dalam konteks ini, maaf, kata mutiara don't judge the book by its cover menjadi kurang relevan.

Koran-koran kuning di Indonesia (Anda bisa sebut sendiri dalam hati siapa saja mereka) biasa memampang judul yang provokatif seperti: "JANDA DIPERKOSA, RAIB 300 JUTA". Meskipun kadang informasi tersebut hanya dibahas sekilas atau bahkan tidak dibahas lagi dalam batang tubuh teks. 


Tapi, intinya, tonjolkan kelebihan dan tutupi kekurangan dalam tulisan kita. Ini sah-sah saja dalam dunia penulisan yang bisa dibilang sudah menjelma menjadi sebuah industri, yang karib dengan pranata pemasaran (marketing) yang canggih.

Dalil tentang pemilihan judul yang menarik atau eye-catching tersebut juga relevan di dunia maya atau media sosial. Terlebih di jagat Kompasiana ini. 

Bayangkan, di antara sedemikian banyak postingan atau berita di medsos, termasuk juga di Kompasiana, kita cenderung hanya memilih yang menarik perhatian. 

Contoh, sebuah tulisan mengenai kisah pengorbanan induk monyet untuk mempertahankan anaknya yang diberi judul "MENCINTAI SESAMA MAKHLUK TUHAN" tentu baik (tergantung untuk segmen konsumen siapa) tapi tidak menggairahkan, kurang sexy. Lebih menarik bila judul tersebut dikemas menjadi "MARI BELAJAR DARI MONYET", "NALURI KEIBUAN SEEKOR KERA " atau "BALADA KERA" atau judul-judul yang menarik lainnya.

Perlu diingat juga prinsip marketing yang kerap dikemukakan Zig Ziglar, seorang motivator publik dan mantan wiraniaga (salesman) mobil terlaris dalam sejarah Amerika Serikat, bahwa "orang membeli karena didorong emosi". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun