Mohon tunggu...
nursaidr
nursaidr Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Fulltime blogger di www.nursaidr.com.

blogger di www.nursaidr.com. Danone Blogger Academy 2 Socmed IG/Tw: @nursaidr_

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Edy Fajar, Pegiat Sampah Plastik untuk Ibu-ibu hingga Narapidana Teroris

9 November 2018   14:20 Diperbarui: 10 November 2018   01:13 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edy Fajar di program Pagi Pagi

"Karena Indonesia itu banyak banget pemuda yang mencaci maki, tapi jarang mencari solusi," ucap Edy Fajar Prasetyo kepada saya pada sesi wawancara. Apa yang dikatakannya membuka ingatan saya pada kejadian 2012 silam.Di sebuah kampung bilangan Ciputat, saya dibuat terperangah oleh seorang ibu hampir paruh baya dengan sEdykit tertatih sedang membuang sampah sembarang di selokan. Bukan satu sampah plastik, tapi sekantong sampah. 

Hal ini membuat tangan saya sangat gatal untuk sesegera mungkin mengaktifkan gawai dan memotretnya. Lalu, mengunggahnya di laman facebook dengan kepsien yang terbilang sarkasme. Tak ada solusi, hanya caci maki.

Edy, menjadi salah satu sosok anak kampus yang kala itu saya temui menjadi pilihan anak muda inspiratif. Pertemuan saya diawali tahun 2015 lalu, dimulai saat ia hendak membina ibu-ibu warga kampung Kedaung, Tangrang-Selatan yang menjadi tempat saya ngekos bersama beberapa teman lainnya.

Bilik jendela kamar saya buka, mencoba mengintip melalui celah besi dan kaca yang saya tutupi dengan koran ini nampak sosok anak muda dengan kulit coklat muda, berkacamata, serta postur tubuhnya yang tinggi sedang asiknya berbincang dengan ibu-ibu binaanya.

Usai Edy berbincang, teman saya langsung menghampirinya yang ternyata mereka adalha teman di satu fakultas. Teman kos inilah yang kemudian memperkenalkan saya dengan Edy, hingga kami berteman sampai sekarang. 

Dan kini, ia pun sedang singgah di negeri orang, Denmark yang mendapatkan beasiswa pembekalan pengelolaan sampah selama dua minggu.

Beruntung, di sela-sela waktunya yang padat. Saya bisa mengatur jadwal dua kali pertemuan untuk berbincang sekaligus membuat video dengannya yang kurang lebih memakan waktu hampir lima jam. Sampai akhirnya, terselesaikan proses wawancara dengannya.

Kacamata Edy Fajar, Melihat Peluang Bisnis Sampah Plastik 

Sosok anak muda yang wajahnya kerap mondar mandir di layar tv swasta ini, memiliki sudut pandang lain soal bisnis. Edy, selaku social entrepreneur melihat kalau bisnis itu harus memiliki dampak masif terhadap masyarakat dan lingkungan.

Di Jakarta, banyak polemik berkecamuk. Namun, dengan kacamatanya, ia mempersempit frame tersebut yang lebih dekat dengan lingkungan, yakni sampah. Menurutnya, sampah jangan hanya dilihat dari sisi negatifnya. Tapi cari sudut pandang lain seperti Selalu Akan Mudah, Pabila Ada Harapan.

Melihat dari makna tersebut, Edy pun dapat menarik benang merah kalau sampah bisa dijadikannya sebagai media untuk mengenerasikan berbagai alternatif problem solving di masyarakat.

Bermula tahun 2014, ia membuat sebuah ide-ide dan gagasan bagaimana memaksimalkan sampah plastik. Kita tahu, setiap kita adalah produsen plastik.

Observasi, atau dalam kamus bahasanya sendiri Kutu Kupret, kudu tentu pelajari dan riset. Perjalanan dimulai saat Edy mencari mentor dan orang-orang yang bisa dijadikan rekan sevisi. Selama perjalanannya, semua orang yang ia temui dianggapnya mentor. Setiap teman adalah guru, setiap tempat adalah sekolah, setiap pengalaman adalah ilmu.

Salah satu sosok yang ia temui ada Ibu Ariyanti Uto, biasa disapa Wak Uto. Wak Uto menjadi sosok perempuan yang penuh inspirasi. Wak Uto ini mampu menggerakkan satu rumah susun di daerah Jakarta Utara, Cilincing. Di mana Wak Uto mampu melestarikan lingkungan satu rusun menjadi mandiri finansial dan memiliki hunian asri dan lestari.

Ia juga bertemu dengan sosok Bapak Baron yang telah menginrpisrasinya, sama-sama memiliki pencapaian untuk memaksimal sampah yang memiliki nilai komoditi. Bersama Bapak Baronlah ia belajar, mencari formula pendekatan yang bisa dilakukan dengan inovasi kreativitas yang cocok dengan generasi millenial.

Terlahirlah, Ebi Bag. Secara umum,  Ebi Bag menjadi wadah yang ingin merubah sampah menjadi berkah, merubah plastik menjadi antik. Bersama Wak Uto, dan partner lainnya. Edy membuat formula visi misi yang dirasa mampu menyelesaikan sampah plastik solusi di Indonesia.

Secara fisik, Ebi Bag memiliki visi misi menciptakan suatu ekosistem yang ramah lingkungan, namun juga memiliki dukungan finansial yang baik. Dibuatlah lima program misi:

Pertama, Yuk Darling, yuk sadar lingkungan. Sebuah gerakan kampanye yang dilakukan online maupun offline. Seperti mengajak berbagai lini masa komunitas pecinta lingkungan untuk membersihkan sampah plastik di suatu wilayah.

bersama-sama menciptakan lingkungan yang bersih dari sampah plastik
bersama-sama menciptakan lingkungan yang bersih dari sampah plastik
Kedua, Petaka, pemberdayaan tenaga kreatif yang difokuskan kepada ibu-ibu. Hal ini karena Edy melihat banyak warga, khususnya kaum ibu-ibu memiliki latar pendiidkan yang tidak cukup tinggi.
Edy Fajar bersama binaan ibu-bu kampung Kedaung, Tangerang
Edy Fajar bersama binaan ibu-bu kampung Kedaung, Tangerang
Hal menarik dari alasan mengapa Edy bersama kawan-kawan memilih pemberdayaan tenaga kreatif ini didasarkan kepada ibu-ibu. Pertama, secara finansial mampu menambah pundi-pundi rupiah wujud bantu suami. 

Kedua, meningkatkan produktifitas seorang ibu dari tugas 'kepresidenan'.Ketiga, lingkungan secara otomatis menjadi berkurang terpapar dampak sampah plastik yang mereka hasilkan sendiri.

Ketiga, Polemik, produk olahan Ebi menarik. Merupakan hasil dari kerajinan tangan yang sudah diolah ibu-ibu binaan. Produk tersebut berupa handycraft dari sampah seperti dompet, maupun souvenir untuk penikahan, dan ada juga karikatur untuk cinderamata.

salah satu produk Ebi Bag
salah satu produk Ebi Bag
Keempat CLBK, cerdas luar biasa kreatif. Program ini dijalankan melalui mekanisme pembelajaran  pendidikan untuk anak-anak di kampung Kedaung. Di mana anak-anak bisa ikut kelas belajar bersama menggunakan sampah. 

Dan program ini mendapatkan apresiasi oleh Kemendikbud, dan berhasil terpilih sebagai metode pembelajaran berkelanjutuan, sebagai program sistem pendidikan TBM. Dan Ebi Bag pun mendapatkan dukungan beasiswa untuk anak-anak.

program pendidikan di kampung Kedaung
program pendidikan di kampung Kedaung
Kelima, Selundup, sedekah lingkungan hidup. Kegiatan yang sudah berjalan di sini tengah bekerjasama dengan  salah satu perusahaan, dengan program bungkus kebaikan. 

Di mana sistemnya adalah produk yang dibeli konsumen menjadi sampah. Lalu dikumpulkan ke perusahaan tersebut, dan diberikan kepada Ebi Bag hingga diolah menjadi aneka kerajinan tangan.

Langkah awal meniti ide-ide yang sudah disusun tidak semudah membuang jarum ke dalam tumpukan jerami. Menapaki jalan setapak di bilangan Ciledug, ada banyak kendala yang Edy dapat, seperti niat baiknya dipertanyakan lebih masak oleh tokoh setempat, menolak karena ingin langsung mendapatkan bantuan beruapa uang. 

Fasilitas apa yang akan diberikan dan lainnya. Ibarat dari 10, hanya satu yang kala itu mau menerima tawaran kerjasamanya. Akhirnya, dibuatlah komitmen kepada tim untuk mendapatkan binaan sampai berhasil.

Berhasil membina satu warga, Edy pindah ke lokasi lain, Kedaung, Tangerang Selatan. Berkat satu binaan yang telah berhasil ia bina. Banyak dari masyarakat Kedaung tertarik mengikuti programnya.

Secara intensif, ibu-ibu di kampung Kedaung ini mendapatkan pembinaan dasar selama satu bulan, satu pekan dua kali pertemuan. Hal awal yang diajarkan adalah menekankan pemikiran mendasar mengenai gerakan pilah sampah.

Bagi Edy, ibu-ibu yang tergabung sudah harus memiliki rasa tanggung jawab dari sampah yang mereka produksi sendiri. Barulah, penyelesaian pengurangan sampah dilakukan dengan pendekatan handycraft.

Ketekunan dan semangat warga Kedaung mampu memperlihatkan kelihaian tangan-tangan seorang ibu dalam membuat aneka produk kerajinan. Puas dengan hasilnya, Edy pun memberikan mesin jahit kepada warga kampung Kedaung, dan ia carikan perusahaan untuk diaktivasi pemberdayaan tersebut.

Hingga kini, binaan ibu-ibu di Kedaung mampu menghasilkan aneka produk crafting, kerajinan tangan, karikatur sampah, dompet dan aksesoris. Seluruh produk ini mampu meraup keuntungan 900% dengan pembagian hasil 70:30. 70% diberikan kepada warga ibu-ibu Kedaung, 30% dialokasikan untuk maintanance program Ebi Bag.

Untuk distribusinya sendiri, dua model penjualan secara teknis. Business to business dan business to customer.

B2B, menjadi model bisnis di mana melalui Ebi Bag bekerjasama dengan perusahaan. Modelnya, membeli produk secara massal dengan menyesuaikan value yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.

bazar aneka produk Ebi Bag
bazar aneka produk Ebi Bag
Sedangkan B2C nya, penjualan dilakukan langsung ke pengguna akhir. Seperti buka bazar di pameran, maupun penjualan online. Atau, bisa saja diterapkan sistem jual beli putus. Aneka kerajinan tangan yang diolah ibu-ibu akan dibeli Ebi Bag seutuhnya, dan selebihnya Edy bersama kawan-kawannya yang akan menjualnya.

Kesuksesan dari program Ebi Bag tidak lepas juga dari kerjasama setiap mahasiswa yang memiliki kempetisi di bidangnya masing-masing. Di sini, Edy banyak berkolaborasi dengan berbagai lini mahasiswa entrepreneur yang kompeten. Menurutnya, berkolaborasi jauh lebih bernilai, dan lebih berarti daripada sekedar berkompetisi.

Edy, berkolaborasi dengan Banten House
Edy, berkolaborasi dengan Banten House
Pengalaman Edy Fajar Masuk ke Penjara Narapida Teroris

Memiliki niatan untuk bisa masuk ke lingkup lapas pernah terbesit dalam benak Edy. Tapi, siapa sangka kalau melalui Ebi Bag ia berhasil menjadi salah satu vendor di bidang bisnis handycraft yang diajak bekerjasama dengan BNPT dan masuk ke lapas khusus Terorisme.

Mendapatkan kesempatan saling berbagi dengan narapidana terorisme, Edy memberikan pengajaran soft skill dan life skill. Ia memberikan spirit kewirausahaan dengan cara praktek vocational.

Tidak 'ujug-ujug' langsung memberikan materi praktek handycraft. Edy menuturkan, kalau bersama tim Ebi Bag mereka memulai dengan menyatukan frekuensi cara berpikir dengan pendekatan ekonomi syariah.

Belajar mengenai konsep bisnis dalam Islam, bisnis yang baik itu seperti apa, tidak mengandung unsur riba, hingga pemahaman kalau dengan berbisnis menjadi salah satu jihad ekonomi. Bila sudah selaras, barulah diberikan materi praktek vocational sesuai standar kurikulum dan silabus yang sudah mereka buat.

Menurutnya, dalam dunia bisnis yang paling kuat adalah mental psikis di internalnya. Perspektif atau mindset ketika mereka gagal. Bila sudah kuat, narapida bisa bangkit lagi. Mampu mencari solusi bagaimana keluar dari permasalahan tersebut. Dan pastinya, diharapkan tidak kembali pada jalan yang salah.

Memasuki tahun kedua, yang telah meluluskan jebolan alumni angkatan ke-3 Edy mendapatkan kabar ada beberapa yang merintis usaha handycraftnya sendiri di luar lapas. Sedangkan alumni lainnya, menyesuaikan dengan daerah tempat tinggal. Jadi, semua sifatnya adaptif. Sesuai peluang bisnis mana yang dibaca mampu meraup omset besar.

Menutup, sebagai seorang anak muda, Edy mengajak kita semua untuk aware terhadap dampak jangka panjang dari sampah. Kita semua bisa menjadi agent of chance dalam pengurangan dampak sampah plastik.

Cara sederhana seperti puasa sedotan, menggunakan wadah yang reusable. Atau, ilmu yang kita tahu bersama menerapkan prinsip 3R, reduce, reuse dan recyle.

Tentu, inti dari semuanya ada pada pengaplikasiannya. Kita semua harus merasa lebih memiliki tanggung jawab bersama. Yuk mulai dari diri sendiri untuk bijak berplastik, dan peduli dengan akibat pencemaran sampah plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun