Salah seorang scholar asal Turkiye, Hüseyn Hilmi Işık dalam bukunya yang berjudul Endless Bliss ( kebahagiaan abadi) mengungkapkan secara sederhana tiga kategori manusia jika didasarkan pada aspek level keterpelajaran dan akhlaknya. Manusia pertama adalah manusia bar-bar, yaitu manusia yang tidak terpelajar, manusia yang tidak peduli dengan ilmu, dan rendah akhlaknya. Ciri manusia seperti ini, jika berbicara dan bertindak didasarkan pada hawa nafsu, sangat potensial menjadi seorang pembuat onar dan keributan, penjahat jalanan di masyarakat.
Manusia kedua adalah manusia biadab, yaitu manusia yang terpelajar, yang sangat peduli dengan ilmu dan jenjang pendidikan tapi rendah akhlaknya. Manusia seperti ini potensial menjadi seorang pengkhianat bangsa, seperti koruptor, tukang adu domba, manipulator hukum dan perundang-undangan untuk kepentingan diri, keluarga, dan golongannya. Jika manusia bar-bar berpotensi menjadi pelaku tindak kriminal jalanan, berbeda dengan manusia biadab ia sangat potensial menjadi pelaku tindak kekejian dan kezaliman dengan cakupan yang lebih luas, terstruktur, masif, dan terencana. Karena tingkat keterpelajarannya yang di atas rata-rata manusia pada umumnya, maka jenis manusia biadab ada pada lokus instansi, perusahaan, kerajaan, dan atau pemerintahan.
Kategori manusia yang ketiga adalah manusia beradab, yakni manusia yang terpelajar dan memiliki akhlak yang luhur. Manusia seperti ini peduli dengan ilmu dan pendidikan sekaligus juga peduli terhadap inner beauty dirinya. Mereka adalah manusia yang diilustrasikan oleh Al Qur'an sebagai khoirul bariyah, sebaik-baiknya makhluk. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan iman dan tindakan untuk berbuat keutamaan. Iman dan tindakannya selaras, tidak pecah kongsi.
Untuk melahirkan manusia beradab dibutuhkan para pendidik yang terdidik dan beradab. Peran mereka (para pendidik itu) dibutuhkan untuk menjadi mentor, fasilitator, motivator, dan inspirator agar peserta didik memiliki keterampian sosial yang baik, kesanggupan belajar yang kuat, dan daya tahan yang tinggi dalam menghadapi rintangan hidup. Lalu apa tugas substantif seorang pendidik? Tugas setiap pendidik adalah membimbing peserta didiknya menjadi manusia beradab, terpelajar dan berakhlak mulia dengan beragam metodologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didiknya untuk memperkuat dan memperindah aspek fisik dan mental, moral dan perilaku, intelektual, spiritual, dan emosional serta keprigelan.
Siapa yang bertanggung jawab sebagai pendidik? (1) Orang tua di keluarga, (2) Guru-guru di lembaga pendidikan, (3) tokoh masyarakat dan (4) pemimpin-pemimpin di pemerintahan mulai dari level pemerintahan pusat hingga ke pemerintahan desa/lurah. Keempat elemen itulah yang bertanggung jawab untuk mendidik anak bangsa sesuai dengan perannya masing-masing sehingga keadaban generasi terselamatkan.
Sangat penting untuk diperhatikan adalah bagaimana bangsa ini, untuk terus mengakselerasi duplikasi orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan pemimpin pemerintahan yang beradab ( terpelajar dan berakhlak mulia) sehingga mereka memiliki kekuatan iman dan tindakan untuk mendidik anak-anak bangsa menjadi manusia yang beradab, bukan biadab dan atau manusia bar-bar. Pertanyaannya kira-kira bagaimana mengakselerasi untuk menduplikasi manusia beradab tersebut ? Mari kita pikirkan!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI