Mohon tunggu...
nurlaila
nurlaila Mohon Tunggu... Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Roman

" Cinta Di Tengah Macet "

3 Mei 2025   10:14 Diperbarui: 3 Mei 2025   10:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cinta di Tengah Kemacetan (Sumber: DALL*E/OpenAI)

Cinta bisa datang dari mana saja---dari tatapan, dari sapa, bahkan dari jendela mobil yang terbuka setengah. Tak ada yang menyangka bahwa di tengah kemacetan Jakarta, dengan deru klakson dan aroma knalpot, bisa muncul benih perasaan yang tak kalah membingungkan dari arah putar balik tanpa petunjuk.

Awalnya hanya saling pandang. Mobil merah di kanan, mobil hitam di kiri. Keduanya terjebak dalam kemacetan yang panjang dan menjenuhkan. Dari balik kaca, tatapan singkat itu berlangsung sepersekian detik---namun cukup membuat dada berdebar lebih cepat dari laju kendaraan.

Lalu, muncul senyum kecil. Bukan karena lucu, tapi karena sama-sama lelah. Lelah menghadapi jalanan yang tak bergerak, lelah dengan hidup yang terasa seperti GPS yang tak pernah menemukan rute tercepat. Dari senyum, berpindah ke lambaian. Saling angguk. Entah kenapa, jadi menantikan lampu merah berikutnya.

Tiap kali berhenti, ada momen-momen singkat---seperti adegan sinetron tanpa dialog. Masing-masing berpura-pura sibuk, padahal diam-diam memperhatikan. Bahkan sempat ada kejadian lucu: satu pengendara menumpahkan kopi karena terlalu fokus memperbaiki posisi rambut saat jendela sebelah dibuka sedikit.

Tapi kemudian, laju jalan berubah. Kemacetan mulai cair. Mobil merah berbelok ke kanan, mobil hitam lurus ke utara. Tak sempat sapa, tak sempat pamit. Hanya tatapan terakhir lewat spion yang penuh tanda tanya.

Pesan dan Makna Cinta, seperti kemacetan, datang tak direncanakan dan kadang bikin frustasi. Tapi justru dalam situasi paling tidak romantis, kadang hati bertemu yang sefrekuensi. Tak perlu kata-kata, cukup saling memahami lewat senyuman yang tulus meski penuh asap knalpot.

Pertemuan di tengah kemacetan mengajarkan bahwa keindahan tak selalu datang dalam bentuk mewah. Bisa saja hadir di antara antrean kendaraan, di tengah udara panas, dan suara klakson---asal kita cukup peka untuk melihatnya.

Kemacetan bukan cuma ujian kesabaran, tapi bisa jadi panggung bagi takdir yang tak terduga. Kadang, perasaan itu datang tak dengan bunga atau puisi, tapi lewat kaca mobil berembun dan mata yang saling mencari di tengah hiruk pikuk. Dan walau akhirnya berpisah tanpa nama, momen itu tetap tinggal---seperti kenangan manis yang tak pernah bisa dilupakan oleh GPS hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun