Tren industri musik di Magelang tidak bisa muncul dalam seketika, melainkan merupakan kolaborasi antara tradisi yang kuat dan pengaruh modern. Masing-masing genre ini memiliki kisahnya sendiri dalam membentuk lanskap musik yang dinamis di kota tersebut.
Dangdut KoploÂ
 Tren 'DANGDUT KOPLO' Berakar di Awal 2000-an. Pada awal tahun 2000-an popularitas Dangdut Koplo mulai menguat. Genre ini bukan berasal dari Magelang, melainkan lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara (pantura) Jawa Timur.Â
 Dari JATIM, musik ini menyebar ke berbagai penjuru wilayah Jawa, termasuk Magelang, melalui grup keliling (yang sering disebut "orkes melayu").Pembawaan mereka menggunakan irama drum yang cepat, vokal yang energik, dan gaya panggung yang memukau ke berbagai macam acara masyarakat Iramanya yang membuat semua orang ingin bergoyang menjadikannya musik yang menyatukan berbagai kalangan.
 Tren ini berhasil bertahan karena menjadi fungsi yang sangat vital dalam budaya lokal.Dangdut Koplo menjadi hiburan wajib di berbagai acara komunal, mulai dari hajatan pernikahan, pesta rakyat, hingga kampanye politik. Hingga hari ini, Dangdut Koplo tetap menjadi genre yang paling banyak diputar dan dipertontonkan di Magelang, dengan grup-grup orkes lokal yang terus bermunculan.
Â
Pop Jawa
 Pada tahun 2010-an Pop jawa sebagai kebangkitan lagu Jawa di era digital. Gelombang Pop Jawa modern adalah fenomena yang relatif baru, dengan puncaknya terjadi di pertengahan hingga akhir 2010-an. Kebangkitan ini dipicu oleh "efek Didi Kempot," yang sukses besar membangkitkan minat anak muda terhadap lagu-lagu berbahasa Jawa dengan tema patah hati.
 Namun, yang membuat tren ini begitu masif di Magelang adalah peran platform digital seperti YouTube, Spotify, dan media sosial lainnya. Musisi lokal dan regional tidak lagi butuh label rekaman besar. Mereka cukup mengunggah video musik sederhana, cover lagu, atau lirik video yang bisa menjangkau jutaan penonton.
 Contohnya, banyak musisi yang dikenal lewat platform ini, seperti Woro Widowati dari Magelang, yang sukses besar melalui YouTube. Lagu-lagu Pop Jawa modern ini seringkali memiliki lirik yang puitis dan personal, mengisahkan cinta, kerinduan, atau kepedihan, yang berpadu dengan aransemen pop yang lebih lembut. Tren ini sedang berada di masa keemasannya dan terus menghasilkan bintang-bintang baru yang mempopulerkan bahasa Jawa ke audiens yang lebih luas.
Indie Pop
 Sejak 2010-an ada sebuah Komunitas Niche yang Berkembang, yaitu indie pop. Berbeda dengan dua genre di atas, tren indie pop di Magelang tumbuh sebagai sebuah komunitas yang lebih spesifik dan bebas. Gerakan ini mulai terlihat di awal tahun 2010-an, seiring dengan pertumbuhan kafe, ruang kreatif, dan komunitas anak muda yang peduli dengan musik independen.
 Tren lagu indie ini tidak bertujuan untuk merajai pasar, melainkan untuk mengekspresikan diri secara artistik. Mereka menciptakan musik dengan beragam genre, mulai dari folk, pop-punk, hingga rock alternatif, yang tidak selalu menggunakan lirik berbahasa formal. Mereka menemukan audiensnya melalui berbagai panggung kecil, festival musik komunitas, dan promosi dari mulut ke mulut. Contohnya, seperti band Tossing Seed. Hal ini, menunjukkan bahwa musisi indie dari Magelang pun mampu menembus pasar internasional.
Tren ini tumbuh secara perlahan dan membuktikan bahwa meskipun Pop Jawa dan Dangdut Koplo mendominasi pasar, selalu ada ruang untuk eksplorasi musik yang lebih eksperimental dan beragam di Magelang. Secara keseluruhan, lanskap musik Magelang adalah cerminan dari masyarakatnya: menghargai tradisi yang kuat sambil membuka diri terhadap inovasi dan ekspresi baru.
Sebagai penutup, selera musik di Magelang tak hanya mencerminkan kecintaan pada tradisi namun juga keterbukaan terhadap inovasi. Perpaduan antara lagu-lagu Jawa klasik, irama keroncong, dan melodi modern menunjukkan bahwa Magelang memiliki identitas musikal yang dinamis dan terus berkembang. Dari panggung-panggung desa hingga kafe-kafe, musik di sini adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari denyut nadi budaya Magelang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI