Sejak 2010-an ada sebuah Komunitas Niche yang Berkembang, yaitu indie pop. Berbeda dengan dua genre di atas, tren indie pop di Magelang tumbuh sebagai sebuah komunitas yang lebih spesifik dan bebas. Gerakan ini mulai terlihat di awal tahun 2010-an, seiring dengan pertumbuhan kafe, ruang kreatif, dan komunitas anak muda yang peduli dengan musik independen.
 Tren lagu indie ini tidak bertujuan untuk merajai pasar, melainkan untuk mengekspresikan diri secara artistik. Mereka menciptakan musik dengan beragam genre, mulai dari folk, pop-punk, hingga rock alternatif, yang tidak selalu menggunakan lirik berbahasa formal. Mereka menemukan audiensnya melalui berbagai panggung kecil, festival musik komunitas, dan promosi dari mulut ke mulut. Contohnya, seperti band Tossing Seed. Hal ini, menunjukkan bahwa musisi indie dari Magelang pun mampu menembus pasar internasional.
Tren ini tumbuh secara perlahan dan membuktikan bahwa meskipun Pop Jawa dan Dangdut Koplo mendominasi pasar, selalu ada ruang untuk eksplorasi musik yang lebih eksperimental dan beragam di Magelang. Secara keseluruhan, lanskap musik Magelang adalah cerminan dari masyarakatnya: menghargai tradisi yang kuat sambil membuka diri terhadap inovasi dan ekspresi baru.
Sebagai penutup, selera musik di Magelang tak hanya mencerminkan kecintaan pada tradisi namun juga keterbukaan terhadap inovasi. Perpaduan antara lagu-lagu Jawa klasik, irama keroncong, dan melodi modern menunjukkan bahwa Magelang memiliki identitas musikal yang dinamis dan terus berkembang. Dari panggung-panggung desa hingga kafe-kafe, musik di sini adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari denyut nadi budaya Magelang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI