Tiba-tiba sebuah truk container melintas cepat membunyikan suara klakson yang keras sekali. Adiz pun tak tahu lagi harus diam saja di atas motornya atau berlari. Tapi kakinya gemetar dan sulit digerakkan. Â
Akhirnya, ia hanya sanggup berteriak ketika truk itu tepat melintas di depannya lalu menyenggol badan sedan yang tadi mengejutkannya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa ...!" Adiz berteriak. Sedan itu masuk ke kolong truk dan terseret beberapa meter ke belakang.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa ...!" Adiz masih berteriak sambil memejamkan matanya. Ia tak sanggup menyaksikan peristiwa mengerikan itu lebih jauh lagi. Ia terus berteriak, sampai seorang pengendara lain menenangkannya dan memberikannya sebotol air mineral.
"Sudah, Mbak, tenang ya. Bersyukurlah Mbak nggak kenapa-napa. Untung saja sedan itu nggak menyenggol motor Mbak. Tadi itu nyaris sekali," ucap pengendara yang menolong itu kepada Adiz yang hanya dijawabnya dengan anggukan.
Adiz goyah. Hatinya berdegup mengingat peristiwa yang baru saja terjadi. Dalam tempo kilat mobil polisi dan ambulans datang mengevakuasi korban.
Ya Allah, begitu mudah garis takdir Engkau tuliskan. Orang yang baru saja berteriak kini sudah menjadi jenazah dengan keadaan mengenaskan. Ya Allah, terima kasih masih kau selamatkan jiwa hamba. Beri aku kesempatan untuk memulai hidup baru, ya Allah, hati Adiz berbisik seiring tangisannya.
Sesampainya di rumah, Adiz memeluk mama.
"Ma, aku akan menerima lamaran Pak Pur!" Adiz membisikkan kata-kata itu pada mama.
Dengan kaget mama memandanginya. Kedua matanya terbelalak seperti mendengar guntur di siang hari. Ia memegang kedua pundak Adiz.
"Kamu serius, Diz? Kamu lagi nggak bercanda kan?" selidik mama penuh rasa ingin tahu.