Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Kecil: Mbok Sumirah 2 (Pelajaran Cinta Sejati)

13 Juni 2016   15:37 Diperbarui: 14 Agustus 2016   16:54 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cinta bagi sebagian orang adalah kekaguman yang luar biasa terhadap sesuatu, sehingga ia rela merantai kehidupannya pada sesuatu itu tanpa perlu dekat atau bahkan memilikinya. Cinta bagi sebagian orang adalah pengabdian tanpa pamrih, sehingga tawa atau airmata dalam pengabdian tersebut tetap saja mampu mengukir bahagia di hatinya. Itu yang kutangkap arti cinta dari sosok sederhana seorang mbok Sumirah.

Umur 16 tahun rela dinikahi seorang mandor pabrik yang ganteng dan telah beranak 3. Kekaguman sosok Pardi (nama samaran) yang ganteng, tegap, piawai dalam berbicara membuat gadis Sumirah tak kuasa menolak lamarannya. Pardi meminang Sumirah bukan sebagai istri. Ia melamar Sumirah benar-benar ia tempatkan sebagai babu, atau kalau sedikit mulia ia tempatkan sebagai pengurus anak dan rumah. Sumirah muda, harus merawat 3 orang anak yang terkecil belum genap 1 tahun. Memasak, mencuci, menyetrika, gendong anak, buat susu, menidurkan anak, mengajak anak-anak mengaji dan bermain menjadi menu sehari-hari kehidupan Sumirah setelah pernikahannya dengan mandor Pardi. Malam hari ia harus merelakan sang suami berkeliaran keluar rumah entah kemana menghinggapkan cinta. Sebulan, dua bulan, setahun, dua tahun, tiga tahun...... Sumirah tetap saja bersabar. Yang saya tak habis pikir bagaimana ia membangun cintanya dalam bayang-bayang, cinta yang absurd, cinta yang tak waras menurut saya. Namun Sumirah muda tetap luar biasa  “ Wan, saya tetap cinta pada mas pardi, meskipun akhirnya saya diharuskan cerai oleh Bapak saya karena Bapak akhirnya tahu mas Pardi mengkhianati cinta” . Sumirah malu, ia meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja ke kota.

Beberapa kali kulihat para laki-laki yang berjuang untuk mendapatkan cinta Sumirah, laki-laki muda atau tengah baya yang mapan. Namun harapan mereka tinggal harapan, cinta Sumirah tetap saja untuk Pardi. Aku ingat ketika aku masih SD dan ada lelaki yang rajin mengirim buah-buahan pada Sumirah. “ Wan, dimakan saja apel dan jeruknya saya gak mau makan toh abah dan ibu wan juga sering beli buah-buahan untuk di rumah” begitu katanya. Belakangan aku baru paham kalau Sumirah takut, jika paket tersebut ada jampi jampinya yang ditujukan untuknya.

“Al fatihah buat almarhum mas Pardi bin......” kalimat itu yang sering saya dengar setelah mbok Sumirah shalat. Sejak saya masih kecil hingga menikah, jika selesai shalat simbok tak lupa mengirimkan al fatihah untuk almarhum mantan suaminya tersebut. “Mbok, saya heran lho sama mbok. Mbok kan sudah dikhianati, dilukai hatinya. Tapi mengapa mbok masih rajin mendoakannya”. Jawaban simbok membuatku merinding “ Wan, pisau tak usahlah dibalas pisau. Bisa bahaya wan buat saya atau almarhum mas Pardi. Biarlah pisaunya yang tajam saya balas dengan kasih sayang, semoga ketajaman pengkhianatan mas Pardi diampuni Allah swt dan bisa mencapai surga”.

Sebagaimana firman Allah swt yang artinya:  “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35) .  Namun siapa yang dapat melakukan hal itu , membalas kejahatan dengan kebaikan. Dalam tafsirnya Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Hal ini karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.”

Mbok, kesabaranmu luar biasa . Ujud kesabaran adalah kemampuan untuk menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku. Menahan bagi simbok bukan berarti memaksa bertahan, namun menahan adalah sebuah kesadaran yang luar biasa akan makna hakekat rasa syukur terhadap apa yang sudah diberikan Allah swt pada seorang hamba. “Mbok, kog bisa mbok tetap senyum padahal orang tersebut uring-uringan marah sama simbok “  tanyaku ketika menyaksikan simbok tersenyum sabar mendengar reaksi penjual ayam yang marah ketika dagangannya ditawaroleh simbok dengan harga yang menurutnya kurang cocok. “Biar saja wan, barangkali ia lega kalau sudah ngomong seperti itu.

Itu caranya ya dinikmati dan dimaklumi saja wan”.  Kata “dinikmati” dan “dimaklumi”, bagiku mengandung sebuah pelajaran berharga akan pentingnya menikmati setiap bulir perjalanan hidup baik indah maupun buruk menurut persepsi kita. Tak selalu yang baik itu baik, tak selalu yang buruk itu buruk. Menikmati mengandung rasa syukur yang luar biasa yang membuat kita kuat dan tetap tersenyum.  Adapun “dimaklumi” bagiku merupakan sebuah pelajaran empati yang luar biasa, bagaimana kita memaklumi setiap denyut perilaku dari sosok yang bukan diri kita. Memaklumi membuat kita belajar terjun dalam sungai jati diri sosok orang lain yang sedang kita permaklumkan. Kita tak perlu mengukur orang lain menggunakan baju kita, kita mencoba hayati “ukuran bajunya” agar kita paham bagaimana sebenarnya ia.

Pelajaran cinta berikutnya adalah ketika aku jatuh cinta, simbok menyeleksi laki-laki mana yang cocok buatku. Suatu hari ketika aku sudah jadi mahasiswa, ada sosok mahasiswa  bermobil datang ke rumah sepertinya berusaha mendekatiku. Simbok mengeluarkan minuman  dan hanya 1 kalimat yang ia katakan setelah tamu tersebut pulang ...”wan, hati-hati lho wan laki-laki seperti itu biasanya gampang suka pada perempuan” . Terus terang aku jadi tak punya energi dan nyali untuk menerima sosok tersebut. Hal ini berbeda sekali ketika kemudian laki-laki (Bachtiar Nitura , yang kini jadi suamiku) pertama kali datang ke rumah. “ Wan, alhamdulillah saya doakan semoga jadi jodohnya ya wan. Orangnya baik dan ganteng “ kata simbok bersemangat. Akhirnya akupun shalat istiharah, dan  setelah 6 bulan berkenalan, laki-laki tesebut menikahiku dengan  wali abang kandungku (Dr. Usman Arifin, SPOG). Dipertemukan Allah swt , direkomendasikan simbok dan ibundaku Asiah, dinikahkan oleh abangku tercinta, semoga sampai menutup mata.

Pelajaran cinta dari simbok tentang sebuah cinta sejati, ketulusan dan pengabdian banyak membuatku tertegun betapa Allah swt mencerdaskan hati hambanya yang sederhana dan bersahaja seperti mbok Sumirah, Al fatihah buatmu mbok, semoga mendapat pahala syurga Jannatunna’im.

Panteriek, 13062016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun