Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mesin Waktu Itu Bernama Sovereign Hill

24 Desember 2018   12:30 Diperbarui: 25 Desember 2018   17:29 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image dari Koleksi pribadi

(Secuil Kisah dari Ballarat, Victoria)

Coba kita periksa sejenak berapa gram emas di tubuh kita ? Selama ini mungkin kita terasa biasa saja memakai perhiasan emas atau menyaksikan upacara pernikahan yang menghadirkan mahar berupa emas. 

Kadangkala mahar emas yang kita saksikan ini cukup dahsyat, ada yang puluhan bahkan ratusan gram maupun mayam. Menyaksikan mahar yang demikian, kita hanya berdecak kagum. Keluarga mempelai pria akan diberikan label sebagai keluarga yang berada karena mampu memenuhi permintaan mahar yang dahsyat. 

Sementara keluarga mempelai wanita akan dilabeli sebagai keluarga yang berkelas karena mahar yang diterimanya ...apa iya? Anggapan ini langsung runtuh, ketika kita menyaksikan perjalanan emas sejak dari tambang hingga dicetak menjadi sebatang emas. Kebanggaan akan kilauan emas tiba-tiba runtuh terjerembab menjadi sebuah keharuan dan keprihatinan , manakala anda berada di Sovereign Hill ini.

Sovereign Hill yang terletak di kota Ballarrat , Victoria. Lokasi ini dapat ditempuh melalui perjalanan darat sekitar 1 jam 40 menit atau 123,5 Km dari kota Melbourne. 

Sovereign Hill  sendiri merupakan sebuah pusat rekreasi terpadu  yang terdiri dari museum terbuka dan tertutup.  Sovereign Hill menghadirkan situasi dan kondisi Ballarat pada abad 18 atau sekitar 10 tahun pertama setelah penemuan emas pada tahun 1851 disana. Lebih seratus tahun emasnya dikeruk, tambang tersebut akhirnya ditutup pada tahun 1970. 


Pada tahun yang sama destinasi wisata ini dibuka tepatnya pada tanggal 29 November dan hingga kini merupakan salah satu tempat wisata yang populer di Australia. Bagaikan memasuki lorong waktu, begitulah posisi kita di Sovereign Hill. Merogoh kocek untuk membeli tiket seharga 57 AUD terbayar dengan pengalaman yang kita dapatkan seharian penuh di lokasi ini.

Setelah membayar tiket , kita dapat memulai petualangan di abad 18 dengan bekal peta yang kita dapatkan. Pada saat kesana, awalnya disambut oleh  nyonya nyonya senior dengan dandanan ala Little Missy. Sambutan ini merupakan cara yang cerdas untuk menampilkan kesan pertama yang menggoda. Hal ini dibumbui dengan keramahan sang nyonya dengan senyum tulus dan kehangatan bahasa verbal maupun bahasa tubuh ketika kita ajak berfoto.

Lorong waktu berikutnya akan menghadirkan kota Ballarat abad ke-18 dengan apik. Destinasi ini hadir secara lengkap dengan barang-barang antik, karya seni, buku dan kertas, mesin, ternak dan hewan, kereta, dan perangkat semua sesuai dengan zamannya.

Kehadiran  etalase  sebuah sejarah masa lalu secara lengkap  sangat terasa. Tampil dalam bangunan yang nyaris paripurna seperti sekolah, restoran dan cafe, bioskop,  toko roti, kantor pos, hotel, perpustakaan, kantor polisi, pabrik besi, pabrik lilin dan masih banyak lagi. 

Pengelola juga menghadirkan beberapa pekerja di lokasi ini dalam kostum ala abad 18. Hal ini membuat kita akan bertemu dengan anak kecil, remaja, dewasa baik laki-laki maupun perempuan yang mengenakan pakaian ala Victoria di abad 18. Jangan heran jika sosok perempuan bergaun indah panjang dengan topi berenda atau sosok laki-laki berjas mewah bertebaran di seantero kota. 

Madam dan Sir penghuni abad 18 tiba-tiba turun kembali ke abad 21 di lokasi ini, seolah hendak merajut memori kita menuju keemasan abad tersebut. Kehadiran pelakon Sovereign Hill dalam balutan abad 18 yang apik , benar-benar menjadi sebuah mesin waktu yang bernas.

Berjalan lah terus nun di depan kantor pos, anda akan menikmati suguhan live music yang disajikan oleh para pemusik secara apik. Tiga pemusik senior memainkan alat musik dan bernyanyi dari hatinya. Hal ini membuat lagu dan musik yang diperdengarkan terasa indah dan menyentuh. Belum lagi bumbu penyedap berupa pakaian si pemusik yang cukup keren dan membuat kita hanyut seolah benar-benar kita bagian kota ini. 

Jika anda lelah berjalan, ada baiknya mencicipi sejenak tour keliling kota Ballarat abad 18 dengan kereta kuda. Kuda-kuda pilihan yang gagah perkasa serta kusir dengan jas keren akan mendampingi anda . 

Kita juga dapat memasuki ruangan yang lebih mirip sebuah studio mini sebagai tempat dimana kita menyaksikan proses pembuatan emas batangan. Serbuk emas yang kemudian dibuat semacam bubur emas dan dicetak melalu pemanasan suhu tertentu membuat kita berdecak dibuatnya. Beberapa emas batangan dan perhiasan dipajang dietalase, kita dapat sekedar menikmati atau merogoh lebih dalam dompet kita jika ingin membawa pulang perhiasan emas yang dipajang disana.

Kehadiran suasana abad 18 semakin bernas ketika terdengar suara beberapa orang yang berteriak di kawasan ini. Beberapa laki-laki dan perempuan berkostum khas Victoria abad ke18 sedang melakukan aktivitas lelang hewan ternak. Sosiodrama ini terasa sangat pas karena pembagian peran yang sangat apik. 

Seseorang bertindak sebagai pemimpin lelang, beberapa menjadi asisten dan beberapa lainnya menyebar diantara kerumunan pengunjung. Ketika lelang seekor kambing dimulai dengan harga X dolar, maka salah satu pemeran yang berada di kerumunan pengunjung akan mulai mengajukan harga . 

Hal itu diikuti oleh yang lain hingga kemudian ditentukan pemenang lelangnya. Beberapa ekor kambing dan sapi berhasil dilelang pada hari itu. Ini benar-benar drama, ini benar-benar sensasi abad ke18 . Sensansi yang membuat pengunjung terpesona dan terasa menyatu dengan mesin waktu.

Perjalanan gemerlapan kota Ballarat abad 18 kutinggalkan sejenak dan kulanjutkan dengan menapaki sisi kelam kota ini. Pemukiman pekerja tambang di abad 18 dihadirkan kembali secara nyaris sempurna disini. Terjun bebas dari gemerlapan kota masa lalu ke sebuah realitas pahit kehidupan pekerja tambang. Sisi kiri kanan kita akan melihat gubug kumuh tempat bermukim para pekerja.

dengan peralatan dan mebel seadanya jauh dari kilauan emas yang mereka hasilkan di pertambangan. Kita juga akan melihat kehadiran toko atau tepatnya warung kelontong yang menjual kebutuhan para pekerja. Kita juga dapat mendulang emas di sungai kawasan Ballarat. Nampan aluminium yang terseia disitu dapat kita gunakan untuk mendulang emas di sungai tersebut. 

Sensasi ini terasa sangat pas karena jika beruntung kita akan mendapatkan butiran emas diantara air dan pasir yang bertebar di sungai tersebut. Kita jangan bingung ? Lho bukankan area pertambangan emas ini sudah tutup? Hal ini terjadi karena pengelola Sovereign Hill setiap hari menaburkan beberapa gram emas agar pengunjung mendapatkan sensasi abad 18 di lokasi ini secara pas.

Perjalanan napak tilas tak sempurna jika kita belum mencoba naik trem menuju lokasi penambangan emas bawah tanah. Trem kecil dengan penumpangs ekitar 30 an orang akan membawa kita menuju lokasi. Setelah kita duduk dan pintu ditutup, trem yang dikemudikan oleh seorang laki-laki bertopi ala Cowboy mulai meluncur secara perlahan. 

Awalnya terang benderang namun kemudian berangsur gelap hingga gelap total ditambah lagi dengan aroma lembab yang makin menyeramkan. Setelah kereta sampai di lokasi bawah tanah, kita akan dipandu menyusuri lorong yang lebih mirip goa tersebut. 

Di kanan kiri kita akan melihat dinding batu dan sejumlah kayu sebagai penahan. Kayu kayu tersebut berfungsi sebagai alarm tanda bahaya jika ada kelongsoran terjadi di lokasi tersebut. 

Menurut pemandu, pekerja tambang rata-rata bekerja 10 jam per hari . Pada beberapa titik kita akan melihat beberapa patung pekerja yang menggambarkan aktivitas pada masa tersebut. Beberapa dinding masih dibiarkan berkilau seolah hendak mengatakan disinilah emas-emas tersebut berasal.

Lift sederhana, dinding yang pengap, udara dingin menusuk kulit, lampu yang temaram yang bahkan di masa lalu cahaya tersebut berasal hanya dari cahaya lilin. 

Saya jadi tertunduk malu, perhiasan emas yang kita pakai ternyata tidak sesederhana yang kita sangka. Perjalanan panjang butiran emas dari sungai atau perjuangan penambang emas dari lokasi penambangan yang pengap adalah sebuah kenyataan tragis yang tak terelakkan. Tetes keringat, air mata, darah bahkan pengorbanan seringkali menjadi bagian dibalik kilau sebongkah perhiasan emas. Emas ternyata menyimpan derita dibalik kilauannya. Sovereign Hill, pelajaran berharga kudapat darimu.

Catatan kecil dari Sovereign Hill , Ballarat, Victoria -- 30 September 2018 (Tulisan ini pernah dimuat di Plukme)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun