Mohon tunggu...
Nurizzah Hastuti
Nurizzah Hastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa pasca sarjana Komunikasi

penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Kh Abdurrahman Wahid (Gusdur): Pribumisasi Islam

17 Desember 2023   16:09 Diperbarui: 17 Desember 2023   16:57 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Biografi Kh Abdurrahman Wahid

Sosok Abdurrahman wahid  atau biasa disapa Gus Dur, lahir di jombang, jawa timur pada tanggal 4 agustus 1940, ia adalah putra tertua dari K.H. Ahmad Wahid Hasyim yang merupakan tokoh nasional dan menteri agama pertama di Negara republik Indonesia. Kakek Abdurrahman wahid yaitu K.H Hasyim Asy’ari adalah pendiri sebuah lembaga atau ormas terbesar didunia yaitu Nahdatul Ulama, maka bisa dikatakan NU sudah mendarah daging pada sosok Kh Abdurrahman wahid.

Pada tahun 1944, ketika umur Gus Dur  memasuki 4 tahun, Gus Dur menemani ayahnya tinggal di Jakarta daerah meteng dalam rangka tugas kenegaraan dengan jabatan menteri agama pada zaman Soekarno. Selama dijakarta Gus Dur telah terbiasa bertemu dengan tokoh-tokoh nasionalis pada masa itu seperti Muhammad Hatta. Beliau juga mengingat momen dimana ketika bertemu dengan sosok teman akrab ayahnya yang akrab disapa paman Husein oleh Gus Dur. Seiring berjalannya waktu, identitas paman Husein ini terkuak bahwa ia adalah Tan Malaka yang merupakan sosok pemimpin Komunis terkenal. Padahal Wahid Hasyim merupakan warga NU namun tetap menjalin kekerabatan dengan masyarakat secara umum, termasuk Tan Malaka sendiri dan para teman-teman dari partai Komunis lainya.

Abdurrahman Wahid juga merupakan sosok presiden ke 4 negara republik indonesia. Ia dikenal sebagai tokoh bangsa yang nyentrik, humoris, dan juga dianggap nyeleneh. Dengan sederet kontroversi yang beliau timbulkan, Gus Dur sama sekali tidak mengkhawatirkan hal tersebut dan ia terkenal dengan slogan “Gitu  aja kok repot” . Gus Dur menjabat sebagai presiden republik Indonesia selama 21 bulan atau kurang lebih hanya 2 tahun sebelum akhirnya dikudeta oleh wakil nya sendiri pada saat itu yakni megawati dan amien rais yang pada saat itu menjabat sebagai ketua MPR. Walaupun Gus Dur menjabat sebagai presiden dalam waktu singkat namun ia cukup membuat perubahan pada masanya, yang diantarnya ia dengan berani dan terdepan membeli kaum minoritas seperti rakyat tionghoa, orang nasrani dan juga mendamaikan berhasil meredam konflik rakyat papua yang memberontak pada saat itu, Sebelum menjadi presiden, ia terlebih dahulu menjadi ketua PBNU selama 15 tahun sehingga sifat kemimpinan beliau memang sudah sangat teruji secara pengalaman.

Riwayat pendidikan Kh Abdurrahman Wahid

Gus Dur dikenal sebagai sosok cendekiawan muslim yang berpengaruh diindonesia, tentunya hal tersebut tidak terlepas dari pendidikan-pendidikan yang ditempuh dan guru-guru yang mempengaruhi pemikiran nya sehingga dianggap visioner atau jauh kedepan.

Adapun jenjang pendidikan yang dilewati oleh Gus Dur yakni Pada tahun 1953 sampai 1957 Ia belajar di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Gus Dur tinggal di rumah Kyai Haji Junaid, seorang Kyai Muhammadiyah dan anggota Majelis Tarjih Muhammadiyah. Beberapa tahun kemudian, ia mondok di Pesantren Tegalrejo, sebuah pesantren NU terkemuka di Magelang, Jawa Tengah di bawah bimbingan khusus KH. Chudhori dan Kyai ini pulalah yang memperkenalkan kepada Gus Dur amalan-amalan ritual dan mistik secara mendalam. Kyai Chudori merupakan sosok Kyai yang dikagumi Gus Dur karena sosok yang humanis. Di bawah bimbingan Kyai ini, Gus Dur kerap kali melakukan ziarah kubur ke beberapa wali di Jawa pada hari-hari tertentu, berdoa dan membaca al-Qur’an di Candimulyo. Ini semua merupakan pengalaman religius yang memperdalam dimensi spritualitas Gus Dur. Kemudian pada tahun 1957, ia sempat nyantri di Pesantren Krapyak, Yogyakarta dan tinggal di rumah KH. Ali Maksum. Tahun 1959 sampai 1963, Gus Dur belajar di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang, asuhan kakek dari ibunya, KH. Bisri Syamsuri. Ketika itu, ia pun diminta mengajar santri santriwati yang lebih muda termasuk Sinta Nuriyah yang kemudian diperistrikannya.

Pada tahun 1964 Gus Dur meninggalkan tanah air menuju Kairo, Mesir, untuk belajar ilmu-ilmu agama di Ma'had al-Dirasat al-Islamiyyah yang berada di lingkungan al-Azhar Islamic University. Keberadaannya di lembaga pendidikan tertua di Timur Tengah ini menjadikan Gus Dur sangat kecewa dengan atmosfir intelektual di al-Azhar yang memadamkan potensi pribadi karena teknik pendidikannya yang masih bertumpu pada kekuatan menghafal, bahkan kekesalannya menjadi-jadi karena apa yang dipelajari di sana telah dihafal ketika ia berada di Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah dan Krapyak Yogyakarta. Merasa tak pas dengan situasi dan teknik pengajaran dan pembelajaran di al-Azhar University ini, sebagai gantinya, ia menghabiskan waktu di salah satu perpustakaan yang lengkap di Kairo, termasuk American University Library, Dar al-Kutub dan Perpustakaan Universitas Kairo. Selama di Kairo, Gus Dur begitu tertarik pada film-film Perancis dan sepak bola, bahkan terkadang menonton film sampai dua atau tiga kali sehari. Di Kairo, Gus Dur aktif di mana-mana, termasuk di Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) untuk Timur Tengah sebagai Sekretaris Umum masa bakti 1964 hingga 1970. Akan tetapi hal ini tidak menjadikannya betah yang pada akhirnya terbang ke Baghdad tepatnya di Universitas Bagdad. Di Perguruan Tinggi ini Gus Dur melewatinya dengan penuh rasa bahagia karena mempelajari sastra Arab, filsafat dan teori sosial Eropa, selain itu, terpenuhi pula hobinya untuk menonton film-film klasik. Bahkan, sistem yang diterapkan di Universitas Baghdad ini, yang dalam beberapa segi dapat dikatakan lebih berorientasi Eropa daripada sistem yang diterapkan di Mesir.

kemudian Pada tahun 1971, Gus Dur mampir ke Eropa dengan harapan memperoleh penempatan di sebuah Universitas, tapi sayang sekali ternyata kualifikasi-kualifikasi mahasiswa dari Timur Tengah tidak diakui di universitas-universitas Eropa. Inilah yang memotivasi Gus Dur pergi ke Mc Gill University, Kanada, untuk mempelajari kajian-kajian keislaman secara mendalam. Namun pada akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita menarik sekitar perkembangan dunia pesantren, termasuk berita hangat tentang politik tanah air.

Perjalanan Gus Dur di luar negeri berakhir pada Juni 1971. Pertama kalinya pulang ke Indonesia ia bergabung di Fakultas Ushuluddin, UNHAS (Universitas Hasyim Asy'ari), Jombang sebuah Perguruan Tinggi Islam yang didirikan pada tahun 1969 oleh tokoh-tokoh NU. Di Perguruan Tinggi ini, Gus Dur mengajar Teologi dan beberapa mata kuliah agama lainnya. Pada tahun 1974, dia menjadi Sekretaris Pesantren Tebuireng Jombang. Masih tahun yang sama, terlihat pula keaktifannya sebagai penulis kolom dan artikel berbagai harian dan majalah, di samping itu sibuk pula sebagai pemakalah pada berbagai seminar dan diskusi, baik seminar yang sifatnya regional, nasional maupun internasional. Gus Dur pun kemudian terlibat dan terjun di dunia LSM, menjadi tenaga pengajar pada program training-training, termasuk juga untuk pendeta Kristen. Di LP3ES, Gus Dur bersama Dawam Raharjo, Aswab Mahasin, dan Adi Sasono dalam proyek pengembangan masyarakat pesantren. Pada perkembangan selanjutnya, Gus Dur bersama para Kyai yang dimotori oleh LP3ES mendirikan P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), suatu LSM yang sekarang intens melakukan enlightenment (memberi penerangan dan penjelasan terhadap berbagai fenomena keagamaan dan kemasyarakatan) terhadap para Kyai dan santri.

Gus Dur selain menjadi santri atau mondok di pesantren, ia juga pernah belajar ilmu islam dan sastra arab ditimur tengah dan eropa sehingga keilmuan agama gusdur tidak diragukan lagi oleh masyarakat, bahkan Gusdur dianggap atau dijuluki “wali kesepuluh” atau “sunan tebuireng” oleh sebagian besar umat islam yang makamnya selalu sesak oleh peziarah dari berbagai macam kalangan masyarakat dan agama, peziarah bukan hanya dari islam saja melain kan dari berbagai agama lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun