Mohon tunggu...
Nurimania Purnama
Nurimania Purnama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku biasa dipanggil aim, hobi membaca novel roman, kuliner dan tidur. Bercita-cita menjadi penulis/cerpenis dan guru/dosen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senyum dari Surga

11 Mei 2023   11:15 Diperbarui: 11 Mei 2023   11:30 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inpuhttps://www.voa-islam.com/photos3/veteran___nenek__11_by_prajnadev.jpgt sumber gambar

"Dulu pas kakek kamu hidup, rumah ini dipenuhi orang, dari pagi mereka berkumpul dan malam baru mereka bubar, tapi sekarang semuanya sudah berubah" air matanya berhasil keluar dari persembunyian. Aku memalingkan wajahku tak sanggup melihatnya menangis. Hujan semakin deras, dibalik itu tangis seorang nenekpun semakin menjadi. Air mulai naik ke amper rumah, dengan telaten tangannya membersihkan air itu, namun siapa sangka dia kembali menangis.

Kenapa hari bahagia ini malah dipenuhi oleh tangis? Aku melangkah masuk kedalam rumah untuk menghindari momen menyedihkan itu.

***

"Nak kamu mau tinggal disinikan?" permintaan itu sering kali aku dengar, dan hal itu pula yang menjadikan permasalahan baru antar keluarga.

Semakin hari kesehatannya semakin menurun, kakinya mulai bengkak, dan dia mulai mewasiatkan segalanya tanpa aku sadari. Wajahnya mulai layu namun semangatnya masih menggebu.

Seminggu setelahnya ia jatuh sakit dan tidak bisa lagi berjalan, disaat seperti itu dia masih bisa memikirkan orang lain, terkadang aku heran seperti apa hatinya hingga dia begitu baik pada orang lain.

Pagi sekali aku dibangunkan dari tidur nyenyakku, surat yasin langsung disodorkan didepan wajahku yang masih kebingungan. Ada apa ini? Kataku dalam hati. Dengan langkah lunglai aku menghampiri nenek yang sedang memejamkan matanya. Hatiku kala itu hancur, masih adakah harapan bagiku untuk membahagiakannya?

Saudara sudah berkumpul, dan disaat anak laki-laki nenek datang dengan berat nenek melihat kewajahnya dan setelahnya kembali memejamkan mata.

"Ibu sudah tiada" ucap lelaki itu dengan suara tertekannya. Air matanya mengalir menghiasi wajah sangarnya.

"Ibu......" panggil anak lelaki yang lainnya. Ia merengkuh tubuh nenek dengan penyesalan, matanya merah padam dan tubuhnya bergetar.

Aku tak bisa lagi menahan air mataku, dengan suara bergetar kembali aku bacakan surah yasin untuk nenekku, hadiah terakhirku yang bisa aku berikan di ujung hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun