Senja merapat, magrib menjelang. Suara toa di masjid bersahutan menyuarakan  ayat-ayat suci Al Qur'an. Sebentar lagi akan terdengar suara adzan. Kurang sedikit lagi pekerjaanku akan selesai.
"Belum selesai, Pa?" tanya Nurlela Zalihah, istriku. Dia sudah rapi, daster yang bau bawang, tumbar dan merica sudah diganti dengan gamis berwana pink dan kerudung merah jambu. Duh, cantik juga kalau begini.
"Kurang sedikit lagi, tinggal yang sebelah."
Dia mengambil satu yang sudah selesai. Tidak lama terdengar suara tawanya. "Ya Allah, Papa yo masak sejujur ini," katanya.
"SUDAH HILANG 3X
INI YG KANAN"
Itu tulisan pada sandal jepitku yang baru tadi pagi dibelikan istriku. Kutulis menggunakan solder panas. Jadi meninggalkan guratan dalam berwarna hitam di atas alas sandal yang putih dan japit yang berwarna biru. Pada japitnya yang bertuliskan swallow kugoreskan solder dengan arah tidak beraturan sampai tulisan swallow nya tidak kelihatan. Penampakan sandal jepit yang masih baru ini jadi tidak jelas.
Sandal yang pertama hilang karena tidak kutulisi identitas. Lha buat apa? Kan niatnya ke masjid buat ibadah sholat, tanpa menulis nama pun malaikat sudah mencatat. Apalagi Allah yang Maha Tahu segalanya. Ketika itu aku pulang dengan memakai sandal yang ada.
"Itu sandal punya siapa, Pa?" tanya istriku. Padahal sandal yang kupakai ini mirip dengan yang hilang. Beda warna japitnya saja. Eh dia tahu.
"Ya, gak tahu Ma. Pokoknya yang paling dekat dan pas buat Papa, yo tak pakai."