Mohon tunggu...
Salfiana Nurita
Salfiana Nurita Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kesehatan Mental yang Krusial pada 1000 Hari Awal Kehidupan

12 Oktober 2020   22:51 Diperbarui: 12 Oktober 2020   23:17 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berbicara tentang kesehatan mental, tampaknya lebih banyak dikaitkan dengan orang dewasa, juga akhir-akhir ini kerap disoroti pada kelompok anak-anak dan remaja.

Bagaimana dengan kesehatan mental pada masa perkembangan bayi? Barangkali jarang kita dengar. Padahal fase bayi merupakan periode kritis bagi perkembangan kesehatan mental seorang manusia.

Kesehatan Mental pada Bayi

Baru saja kita memperingati hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada tanggal 10 Oktober kemarin. Istilah kesehatan jiwa semakin akrab di telinga masyarakat Indonesia, yang sering dipertukarkan dengan istilah kesehatan mental.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan jiwa/mental adalah keadaan sejahtera pada setiap individu, yang terlihat dari bisa mewujudkan potensi diri sendiri, mampu mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif dan bermanfaat, dan memberikan kontribusi kepada komunitasnya.

 Apabila merujuk pada definisi kesehatan mental yang ada, konsep kesehatan mental lebih banyak mengena pada tahapan perkembangan remaja dan dewasa. Bagaimana dengan anak-anak yang sangat muda?

Menurut parent-infant foundation.org.uk (2020), pada perjalanan konsep kesehatan jiwa sejak tahun 1992, kelompok masyarakat usia bayi dan anak-anak yang sangat muda seringkali terlupa. Konsep kesehatan mental pada bayi sulit dipahami oleh banyak orang.

Kesehatan mental yang seringkali dipikir sebagai gangguan mental, pada bayi hal tersebut tidak dapat ditunjukkan. Bayi tidak menampilkan ciri-ciri masalah kesehatan mental yang dapat didiagnosis.

Padahal, bayi dapat memiliki masalah kesehatan mental. Mereka dapat mengalami tekanan, kesejahteraan emosional yang buruk dan trauma relasional, meskipun hal ini sulit diidentifikasi ketika kita tidak peka dengan perilaku dan perkembangan anak usia bayi. 

Masa perkembangan bayi sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun dapat diistilahkan sebagai 1000 hari pertama kehidupan. Di Indonesia, sosialisasi tentang 1000 hari pertama kehidupan antara lain melalui program pencegahan stunting.

Program kesehatan fisik ini sedang digalakkan kepada masyarakat guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sesungguhnya, tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu diperhatikan.

Kesehatan mental pada 1000 hari pertama kehidupan inilah yang seringkali luput dari pemberitaan. Padahal, seperti diketahui kesehatan mental pada 1000 hari pertama seorang manusia berefek luar biasa pada pertumbuhan dan perkembangan tahapan berikutnya, anak-anak, remaja, bahkan hingga dewasa.

Kesehatan mental anak sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun, dapat disebut juga kesehatan mental bayi. Kesehatan mental pada bayi diartikan sebagai kemampuan yang berkembang pada masa bayi dan anak-anak yang sangat muda (dari sejak kehamilan hingga usia 3 tahun). 

Kemampuannya mencakup mengalami, mengekspresikan dan meregulasi emosi; membentuk hubungan yang dekat dan aman; serta mengeksplorasi lingkungan dan belajar- yang melibatkan lingkungan pengasuhan, meliputi keluarga, komunitas, dan harapan budaya setempat (Osofsky & Thomas, 2012).

World Association for Infant Mental Health (WAIMH) (2019) menyatakan terdapat tiga alasan pentingnya kesehatan mental pada bayi, yaitu berdampak positif pada: perkembangan otak (brain-architecture), kesehatan tubuh (body-health), serta perilaku dan kualitas hubungan (behavior-relationship).

Bayi yang sehat mentalnya, akan (1) terstimulasi untuk mengeksplorasi lingkungan, yang bermanfaat bagi perkembangan otak, (2) terhindar dari "toxic stress" sehingga badannya sehat, serta (3) lebih mudah meregulasi emosi dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Kesehatan mental pada bayi akan berdampak secara jangka panjang, bahkan hingga usia dewasa. Di Indonesia, jumlah penduduk didominasi oleh kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang diprediksi terus bertambah hingga tahun 2045.

Hal ini semakin terlihat pentingnya memupuk kesehatan mental bayi agar tercapai manusia-manusia produktif yang sehat mental kelak. Bayi yang sehat mental dapat mengurangi resiko gangguan perilaku antisosial dan lainnya, termasuk juga ketidakstabilan emosi dan gangguan kepribadian.

Dari sejumlah gangguan kesehatan mental yang terlihat pada  remaja atau dewasa, jika ditelusuri sudah bergejala dari tahapan usia sebelumnya, bahkan sejak dini. Hal tersebut dipengaruhi dari kesehatan mental yang buruk pada waktu dalam kandungan dan dua tahun pertama kehidupan.

Apa yang bisa dilakukan?

Kesehatan mental bayi jelas perlu diperhatikan. Upaya untuk menciptakan kesehatan mental pada bayi menjadi tugas yang serius bagi orang tua dan lingkungan terdekatnya (Clinton, Feller, & Williams, 2016). Nah, berikut ini cara-cara yang bisa memupuk kesehatan mental bayi:

Selama Kehamilan

Ketika berencana memiliki anak, persiapkan diri kita sebagai calon ayah dan ibu yang sehat, baik raga maupun jiwa. Selama masa kehamilan, selain mengonsumsi makanan sehat, serta memantau kesehatan fisik dirinya dan sang bayi di dalam kandungan, ibu diharapkan dapat lebih mengenali perasaan dirinya dan bersikap terbuka.

Ibu dapat berkomunikasi dengan ayah dan orang-orang terdekat tentang perasaan dan segala yang dialaminya selama hamil. Dengan itu, ibu dapat lebih dapat mengelola emosinya dan tenang menjalani kehamilannya. 

Ibu dan ayah juga mulai dapat belajar cara mengasuh dan merawat bayi, terutama bila bayi merupakan anak pertama atau jaraknya cukup jauh dari anak sebelumnya.

Selama dua tahun pertama

  • Menyusui

Ibu dengan dukungan ayah dapat menyusui minimal selama 6 bulan secara eksklusif, dan dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. Selama menyusui, ibu dapat menjalin kelekatan dengan bayi melalui melakukan banyak sentuhan dan menatap mata sang bayi. Bayi pun akan merasa aman dan dikasihi.

  • Berinteraksi melalui sentuhan

Selain momen menyusui, perbanyak kesempatan ayah dan ibu berinteraksi dengan cara kulit menyentuh kulit (skin to skin contact). Misalnya, dengan memanfaatkan ritual memandikan sampai memakaikan baju anak, juga dengan memijat bayi. Sentuhan dapat membuat bayi dan ibu lebih rileks, serta membuat bayi merasa aman dan tidur lebih nyenyak.

  • Bermain

Kegiatan bermain paling cocok dilakukan orang tua dengan anak yang masih sangat muda. Tentunya dengan memperhatikan faktor kebersihan dan keamanan lingkungan bermain. Kegiatan bermain yang sesuai yaitu yang banyak melibatkan interaksi dua arah, bahasa, ekspresi, dan suara. Sederhana, misalnya, bermain cilukba sambil tersenyum dan memanggil nama sang bayi.

Ingat ya, ketika bermain dengan bayi, orang tua perlu lebih ekspresif karena bayi mulai meniru ekspresi dan senang sekali memperhatikan wajah orang-orang di sekitarnya. Katanya, bayi belajar tersenyum ramah, dari ayah dan ibunya lho. Oiya, bermain juga perlu waktu yang luang, tidak diburu-buru dan dilakukan dengan senang hati.

  • Peka dan responsif terhadap kebutuhan bayi

Pada dua tahun pertama kehidupan bayi, hendaknya orang tua peka terhadap perilaku bayi. Bayi akan berkomunikasi kepada orang lain dengan caranya yang unik. Amati bagaimana tanda bayi kita menangis karena lapar, pipis, mengantuk atau tidak enak badan.

Hendaknya orang tua bisa merespon secara tepat kebutuhan bayinya tersebut. Adakalanya bayi ingin disusui, diganti popoknya atau sekedar dipeluk dan ditimang-timang.

Yang luar biasa adalah hubungan yang hangat antara orang tua dan sang bayi ini mampu merangsang perkembangan otak anak yang berdampak positif terhadap kesehatan mental secara jangka panjang.

Seribu hari pertama kehidupan tidak hanya menjadi periode krusial bagi pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan kesehatan mental. Tentunya tidak berhenti pada 1000 hari pertama, pada tahapan-tahapan berikutnya juga harus dioptimalkan.

Ibarat berlari, ancang-ancang yang mantap menjadi awalan yang baik untuk menguatkan langkah kaki melalui lintasan yang panjang. Ibarat bangunan, memiliki fondasi yang kuat akan memudahkan membuat bangunan yang kokoh.

Begitu juga dengan menyelamatkan kesehatan mental anak pada 1000 hari pertama kehidupannya, seperti menyiapkan landasan perkembangan anak menjadi generasi yang unggul di masa depan.

Dengan sehat jiwa, anak semakin percaya diri mengeksplorasi lingkungan dan berani mengembangkan yang terbaik dari dirinya. Gangguan-gangguan mental yang kerap menghantui usia remaja dan dewasa juga akan semakin terminimalisir.

Tidak hanya anak, orang tua yang terbiasa menjalin interaksi yang berkualitas selama 1000 hari pertama pun, akan merasakan manfaatnya. Orang tua akan menjadi lebih peka terhadap kebutuhan anak serta dapat belajar berinteraksi lebih luwes dan hangat kepada anak.

Tidak mudah, tetapi kita pasti bisa, dengan kesabaran, ketelatenan dan kasih sayang kita sebagai orang tua. Ayo selamatkan kesehatan mental generasi unggul kita sejak dini pada 1000 hari pertama kehidupannya.

Referensi:
Clinton, J., Feller, AF., & Williams, RC. (2016). The Importance of Infant Mental Health. Journal of Pediatric Child Health Jun-Jul; 21(5): 239--241
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Modul Pendidikan Keluarga pada Seribu Hari Pertama Kehidupan
Osofsky, J. D., & Thomas, K. (2012). What is infant mental health?. Zero to Three Journal, 33( 2), 9.
Parent-Infant Foundation.org.uk. Diunduh pada 5 Oktober 2020.
Skuse, D., Bruce, H, & Dowdney, L. Edt. (2017). Promoting Infant Mental Health. John Wiley & Sons.Inc.
World Association for Infant Mental Health. Diunduh pada 5 Oktober 2020.
World Health Organization. Diunduh 8 Oktober 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun