Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persepsi: Masa Depan Senyata Perkataan

8 Februari 2023   07:55 Diperbarui: 8 Februari 2023   08:02 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku percaya bahwa lingkungan membawa pada separuh kesuksesan atau kegagalan. Dimana kita dibentuk akan mencerminkan prospek hidup kedepannya. Tapi kita adalah manusia berakal, dianugerahi hak pilih. 

Aku yakin, bagaimana pun lingkungan membentuk, apabila kita merdeka dalam berpikir, tegas dalam menentukan atau memilih, berani menjadi versi terbaik, kesuksesan akan lebih mendominasi baik di dalam hati ataupun masa yang akan datang. 

"Kamu selalu menyalahkan lingkungan, ketika gagal atau lepas kendali atas dirimu. Padahal kamu punya hak dan kesempatan untuk mengubah lingkunganmu," ujarku, menyambung obrolan satu minggu yang lalu. 

"Tidak semudah itu, Al, butuh waktu lama menyadarkan satu lingkungan bahkan lingkungan sekecil keluarga pun sama sulitnya," balasnya, pandangannya yang fokus ke langit menggambarkan betapa resah hatinya. 

Sedikit banyak aku tahu tentang Sukma, dia perempuan yang baik -- sebelum menjadi teman dekatnya -- di bulan pertama kuliah. Dia sering membantu, sampai aku meringis melihatnya begadang demi membantu salah satu teman, yang notabenenya adalah aku. 

Katakan aku jahat, merepotkan teman sampai harus begadang, tapi bagaimana lagi ini tentang deadline dan beasiswa. 

Setelah 6 bulan kuliah, akhirnya kami bisa berteman dekat, saling bercerita dan berbagi. Fakta uniknya, aku menemukan seorang Sukma yang berbeda. Seseorang pernah berkata, "untuk sembuh, berbuat baiklah," dan Sukma melakukan itu, berbuat baik sampai muak berharap ia akan lepas dari sakitnya. 

"Berarti pilihannya hanya ada dua, kamu berubah atau meninggalkan lingkunganmu," jelasku, ikut menatap langit yang didominasi awan abu-abu. 

"Al, aku selalu ingin berubah, aku ingin meninggalkan lingkunganku agar lebih mudah sembuh dari apapun. Tapi lingkungan ini mengikatku, sejauh apapun aku pergi, lingkungan ini malah membuatku tidak tenang ketika berada jauh, sebaliknya aku semakin parah jika tetap disini." 

"Setiap hari harus mendengar kata-kata kasar, doa-doa kematian, bentakan, semua itu dijejalkan kedalam kepala ku, Al," ujarnya lagi, suaranya terdengar tertahan.

"Aku tidak tahu kalimat apa yang bisa membuatmu lebih tenang, tapi aku sarankan kamu berobat lebih cepat," saranku, mengamati raut wajahnya yang kini tak lagi berekspresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun