Mohon tunggu...
Nurhasanah
Nurhasanah Mohon Tunggu... Guru

Menulislah dengan hati, karena tulisan yang bernyawa tidak ditulis hanya dengan tangan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ramadan Penuh Berkah Bukan Penuh Limbah

14 Maret 2025   22:11 Diperbarui: 14 Maret 2025   22:11 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diet Sampah (Sumber: Edit Pribadi Via Canva)

Ramadan tahun ini saya punya misi baru: mengurangi sampah sebanyak mungkin. Bukan hanya soal menghemat, tapi juga biar nggak kebanjiran plastik bekas belanja takjil atau sisa makanan yang akhirnya terbuang percuma. Saya sadar tiap Ramadan, sampah di rumah malah bertambah drastis. Padahal seharusnya ini bulan penuh berkah, bukan bulan penuh limbah!
Hari pertama Ramadan, saya mulai dengan langkah kecil. Pergi ke pasar bawa tas kain sendiri, nolak kantong plastik dari tukang sayur, dan beli secukupnya. Biasanya, saya kalap lihat makanan enak buat berbuka, tapi sekarang saya berusaha beli seperlunya. Hasilnya? Lebih simpel dan nggak ada bahan makanan yang mubazir.

Saat masak, saya juga mulai mikirin cara memanfaatkan bahan makanan dengan maksimal. Kulit sayur dan sisa potongan bahan nggak langsung masuk ke tempat sampah, tapi saya kumpulkan buat dijadikan kompos. Anak-anak sempat heran, "Bunda ngapain sih ngumpulin sampah di ember?" Saya jelasin, "Ini bukan sampah, tapi makanan buat tanah biar subur!"

Tempat penyimpanan sampah pun saya bagi menjadi 2 yaitu sampah organik dan sampah non organik. Saya jelasin ke suami dan anak-anak jangan sampai salah membuang sampah. Sampah organiknya dibuat kompos atau sekedar pakan hewan, sedangkan sampah non organiknya saya pilah menjadi ecobrick yang dimanfaatkan untuk membuat hiasan sederhana di rumah.

Buka puasa jadi momen paling menantang. Biasanya meja penuh dengan berbagai macam gorengan, es buah, dan makanan lain yang sering nggak habis, sampah sisa jajanan pun kian hari kian menumpuk. Tapi sekarang saya membiasakan diri bikin menu yang lebih sederhana dan memastikan semuanya termakan. Prinsipnya kalaupun berlebih kita manfaatkan untuk berbagi ke tetangga atau pada yang membutuhkan.

Setelah beberapa hari, saya mulai merasa puas dengan perubahan kecil ini. Sampah plastik berkurang, sisa makanan nyaris nggak ada, dan yang paling penting, saya merasa lebih mindful dalam mengelola makanan. Ramadan kali ini terasa lebih bermakna, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk bumi yang kita tinggali.

Siapa sangka, diet sampah ternyata bisa jadi bagian dari ibadah juga karena menghindari dari yang mubazir. Ramadan bukan cuma soal menahan lapar, tapi juga soal mengendalikan diri dari hal-hal yang berlebihan, termasuk dalam urusan konsumsi. Semoga kebiasaan baik ini bisa lanjut setelah Ramadan berakhir!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun