Mohon tunggu...
Nur Hafni
Nur Hafni Mohon Tunggu... Guru - Long Life Learning.

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resume Buku "Maukah Jadi Orang Tua Bahagia? Belajar Yuk..!"

16 November 2022   22:11 Diperbarui: 16 November 2022   22:24 2707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Oleh sebab itu, jika Bunda mendengarkan hal yang demikian, Bunda tidak perlu menghubungi gurunya dan menyampaikan bahwa anak Bunda capek karena belajar di sekolah. Itu tidak perlu. Karena anak-anak seperti mereka belum bisa mengontrol emosi.

Salah satu caranya adalah mereka mengungkapkannya atau bahkan menangis. Begitulah caranya mengungkapkan emosi. Jadi keliru sekali jika anak ataupun istri menangis disuruh diam karena begitulah dia mengungkapkan emosi. Menangis diciptakan oleh Allah untuk melepaskan ketegangan pada batang otak.

Berbeda dengan orang dewasa yang memiliki level emosi lebih bervariasi. Level emosi pada orang dewasa terdiri atas tiga jenis. Pertama, nafsul lawwamah yang meliput isi apatis, sedih, takut. Kedua, nafsul amarah seperti sikap rakus, marah, sombong. Dan ketiga zona ikhlas nafsul muthmainnah terdiri atas semangat, menerima, damai, pencerahan. 

Ketika kita berada di level paling bawah, segera naik level dengan cara menarik napas panjang dan beristigfar. Terus beristigfar dalam kondisi apapun. Ketika isi dompetisinya 1 lembar lagi, istigfar. Lelah luar biasa dengan kerjaan, istigfar. Yakinkan diri kita Allah akan memberikan kemudahan kepada kita.

Pembaca yang luar biasa, yuk kita menjadi orang tua yang ikhlas. Bagaimana caranya? Katakan terlebih dahulu sebelum melakukan. "Ya Allah, mohon ikhlas ya Allah... Mengapa? Karena apa yang kita katakan, tubuh akan mengerjakan. Setiap kalimat yang kita keluarkan akan berjalan ketubuh lewat sistem saraf. Ketika belum ikhlas, istigfar saja terus. Ciri kita sudah ikhlas, kita sudah kembali semangat dan ceria.

Ayah Bunda, mari jadikan diri kita sebagai contoh untuk buah hati kita. Pendidikan dan pendampingan paling baik adalah dengan menggunakan metodologi contoh. 

Contoh akan mempengaruhi perkembangan anak. Karena apa yang dilihat itu yang terekam. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam member contoh serta berucap atau mengecap. Bisa jadi ucapan kita adalah salah satu penyebab terjadi hal yang tidak kita inginkan. Kata-katamu adalah doamu! Lakukan komunikasi yang nyaman baik dengan anak ataupun pasangan. 

Kadangkala tanpa sadar kita mengeluarkan kata-kata menyalahkan anak, seperti "Tuhkan, Mama bilang juga apa? Kamu tu! Kemudian, berkata dengan kalimat meremehkan, seperti "Masa itu saja tidak bisa!". Kerap membandingkan, misalnya "Kenapasih, kamu gak menang, dia kok bisa!". Bahkan melebelnya, "Dasar penakut!." Lalu, mengancam dan menyudutkan, seperti "Kalau tidak diperbaiki awas ya!" dan "Makanya dibilang itu didengerin". Ketika hendak berucap ditahan dulu. Istigfar dan gunakan kata-kata yang lebih enak didengar.

Dalam kehidupan pastinya kita memiliki masalah yang berbeda-beda. Bagaimana kita mengatasinya? Kembali lagi naikkan level, istigfar berulang-ulang. Karena rumusan masalah adalah situasi kondisi yang sama bertemu dengan emosi yang positif, maka masalah akan terselesaikan. Semoga kita semua bisa mengamalkannya. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun