Virtue dan Fortuna: Menguasai Diri, Menerima Takdir
Dalam modul, disebutkan bahwa ada dua ranah penting dalam Stoicism: virtue dan fortuna.
- Virtue: segala sesuatu yang bisa kita kendalikan, seperti pemahaman, emosi, logika, serta kemampuan menilai dengan tepat. Di sinilah letak kebebasan manusia yang sejati.
- Fortuna: segala sesuatu yang berada di luar kendali, seperti nasib, penderitaan, kekayaan, bahkan kematian.
Stoicism mengajarkan agar mahasiswa tidak larut dalam hal-hal yang di luar kendali. Misalnya, kegagalan dalam lomba, kondisi ekonomi keluarga, atau situasi sosial yang sulit. Semua itu adalah fortuna. Yang bisa dikendalikan hanyalah sikap kita: apakah kita tetap belajar, berjuang, dan berbuat baik, atau justru menyerah pada keadaan.
Askesis: Latihan Batin Mahasiswa
Stoicism menekankan pentingnya askesis atau latihan batin. Askesis adalah upaya terus-menerus memisahkan mana yang bisa kita kendalikan dan mana yang tidak. Dengan latihan ini, mahasiswa akan belajar:
- Mengendalikan Emosi: Tidak marah berlebihan ketika menghadapi masalah.
- Menghargai Kebahagiaan Kecil: Seperti modul menyebut, "bangun kebahagiaan kecilmu". Misalnya, bersyukur atas kesempatan belajar, pertemanan, atau kesehatan.
- Menerima Penderitaan dengan Tabah: Sakit, gagal, atau ditolak bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses pendewasaan.
Dengan askesis, mahasiswa membentuk habitus yang baik: belajar, paham, sadar, dan bertindak. Hal ini selaras dengan tugas sarjana UMB sebagaimana diajarkan dalam modul.
Phronesis: Kebijaksanaan Praktis
Selain askesis, Stoicism juga menekankan phronesis atau kebijaksanaan praktis. Phronesis adalah kemampuan untuk menimbang secara rasional dan bertindak sesuai kebaikan.
Bagi mahasiswa, phronesis berarti:
- Bijak dalam mengatur waktu antara belajar, organisasi, dan kehidupan pribadi.
- Tidak mengejar nilai semata, tetapi kualitas pembelajaran.
- Memilih jalan hidup bukan hanya berdasarkan keuntungan materi, melainkan juga kebermanfaatan sosial.