Jadi juri lomba ilmiah biasanya identik dengan tumpukan berkas, grafik data, dan presentasi serius. Tapi tidak di MAJESTYNAS UMJ 2025. Di ajang ini, saya justru merasa sedang duduk di bioskop mini yang menayangkan deretan video edukasi bertema kesehatan lansia---dengan kemasan yang bukan hanya kreatif, tapi juga teatrikal, simbolik, bahkan dongengik.Iya, kamu tidak salah baca. Ada legenda raksasa dan timun, perang antara malaikat dan setan, ratu cantik yang bicara dengan cermin ajaib, dan semuanya... tetap menyampaikan edukasi medis secara tepat dan menggugah.
Timun dan Raksasa: Dongeng yang Menyisipkan Osteoporosis
Salah satu video menampilkan legenda ala Timun Mas, di mana raksasa tua yang dulunya perkasa kini membungkuk kesakitan karena osteoporosis. Dalam adegan flashback, si raksasa masih muda menolak minum susu dan menganggap olahraga hanya untuk manusia cupu. Kini, dia menyesal, dan akhirnya dibantu Timun untuk berobat ke posbindu. Moral of the story? Tulang kuat itu investasi jangka panjang.
Perang Malaikat vs Setan: Simbol Stres dan Hipertensi
Video lain membawakan narasi alegoris: seorang lansia menghadapi "perang batin" dalam dirinya. Malaikat putih mewakili kebiasaan sehat---rutin kontrol tekanan darah, makan sayur, olahraga ringan. Sementara setan hitam mewakili gaya hidup buruk---merokok, makan asin, dan bergadang nonton sinetron. Mereka bertarung hebat dalam batin si tokoh, hingga akhirnya si lansia memilih berpihak pada si malaikat: simbol kesadaran diri sebagai kunci pengendalian hipertensi.
Ratu dan Cermin Ajaib: Mengenal Sindrom Geriatri
Lalu ada pula Ratu yang sehari-hari memandangi dirinya di cermin ajaib. Tapi sang cermin kini berkata jujur:
"Wahai Ratu, bukan soal cantik atau keriput, tapi mengapa kau sering lupa dan tubuhmu tak sekuat dulu?"
Sang Ratu pun berkonsultasi ke tabib kerajaan dan akhirnya mengetahui bahwa ia mengalami sindrom geriatri---gabungan dari penurunan fungsi kognitif, fisik, dan sosial. Dari dongeng ini, kita belajar bahwa penuaan bukan sekadar perubahan fisik, tapi juga perlu deteksi dini dan dukungan keluarga.
Game, Kuis, dan Fabel: Belajar Sambil Tertawa
Tak hanya dramatis, banyak video juga menyisipkan kuis interaktif, tebak gaya, dan game edukatif.Â
Sambil tertawa, kita belajar banyak---dan itu kekuatan utama pendekatan ini.
Tetap Berbasis Data dan Fakta
Meski berimajinasi tinggi, para peserta tetap menjadikan data kesehatan sebagai pondasi.
Beberapa bahkan mengutip jurnal, menampilkan infografis WHO, dan menyertakan tips kesehatan praktis di akhir video.
Akhirnya: Mahasiswa Bicara dengan Bahasa Rakyat
Yang saya lihat di MAJESTYNAS bukan hanya lomba, tapi ledakan imajinasi dan kepedulian generasi muda terhadap lansia. Ketika edukasi dibungkus dengan budaya populer, legenda, dan visual teatrikal, pesan jadi lebih mudah diterima. Bukan hanya menyampaikan informasi, mereka menghidupkan cerita, menggerakkan hati, dan membuat penonton berpikir.
Lansia bukan sekadar "masa pensiun", tapi fase kehidupan yang layak mendapatkan perhatian, pengertian, dan dukungan penuh kasih.
Dan di tangan para mahasiswa kreatif ini, edukasi kesehatan untuk lansia disulap jadi dongeng yang tak akan cepat dilupakan.
Lansia adalah kita, nanti. Jadi mari belajar merawat mereka, dan sekaligus mempersiapkan diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI