Mohon tunggu...
Auda Zaschkya
Auda Zaschkya Mohon Tunggu... Perempuan. Pernah jadi wartawati.

Realita adalah Inspirasiku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mariana Yunita, Srikandi Edukasi Kespro dari Kupang

9 Oktober 2025   04:35 Diperbarui: 9 Oktober 2025   04:41 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari : https://www.viva.co.id/

Berbicara tentang kesehatan reproduksi, memang tiada habisnya. Apalagi di negeri ini, segala sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi, masih tabu untuk diperbincangkan di hadapan khalayak luas. Padahal kalau didiamkan terus, ini semakin  berbahaya, khususnya bagi anak usia sekolah dan remaja, yang belum terlalu paham artinya seksualitas dan kesehatan reproduksi. Belum lagi mereka yang tak mengerti soal seks ini. Berbekal penasaran dan video porno, melakukan seks bebas, apalagi berganti-ganti pasangan. Bisa menyebabkan penyakit berbahaya, misalnya Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti gonore, sifilis dan klamidia, ataupun virus HIV/AIDS.

Selain itu, tentu kita pernah mendengar dan membaca tentang seorang perempuan yang masih dibawah 20 tahun, sudah punya anak lebih dari 2, bukan? Jangankan sudah melahirkan 2 anak, perempuan yang hamil di bawah usia 20 tahun, masih sangat beresiko. Misalnya, bisa terjadi kematian ibu dan bayi atau bayi yang lahir adalah prematur. Tentu masalah tak hanya sampai di sini. Kesiapan mentalnya juga patut diperhatikan. Kita pernah mendengar juga bahwa banyak ibu yang punya anak di usia bawah 20 tahun, mengalami masalah depresi hingga ingin bunuh diri.

Hal-hal yang disebutkan di atas, tentu juga menjadi perhatian Mariana Yunita Hendriyani Opat, yang gigih melakukan edukasi tentang kesehatan reproduksi (Kespro), setelah melihat anak dan remaja di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang belum tahu tentang hal ini, apalagi di antara mereka, belum mengerti tentang pubertas, menjadi korban kekerasan seksual dan masalah reproduksi lainnya. Di tahun 2016 itu, dia tergerak untuk mendirikan  Tenggara Youth Community, sebuah komunitas independent.

Sejak saat itu, bersama komunitas ini, Mariana aktif  membersamai para remaja yang berasal dari kelompok miskin, marginal, social excluded, dan underserved. Jadi terhitung 8 -- 9 tahun ini, dia pergi ke banyak tempat seperti sekolah-sekolah, pasar, hingga geraja, baik di kota, maupun sampai ke pedalaman Pulau Timor, mengingat di pedalaman, susah mendapat akses pendidikan tentang kesehatan reproduksi ini. Tak sekedar misi edukasi yang dibawanya, tetapi juga misi advokasi kepada anak dan remaja ini, agar mereka dapat waspada dalam melindungi tubuhnya sendiri.

Perempuan yang biasa dipanggil Tata ini, mengajak masyarakat adat dan para tetua di sebuah kampung misalnya, untuk memberi hukuman kepada pelaku kekerasan seksual. Sayangnya, di kampung, hukuman tak bisa dijalankan, karena sering adanya kesepakatan damai. Miris sekali ini. Seharusnya kekerasan seksual tersebut, tidak dimaklumi dan para pelaku kekerasan seksual ini dihukum, demi mengedukasi masyarakat juga agar dapat menghilangkan patriarki yang selama ini tanpa sengaja terbangun dan tidak melindungi perempuan. Dampak patriarki ini sangat merugikan perempuan.

Tak sampai di situ, bersama komunitas pemuda Tenggara di kampung Neke, Kabupaten Timor Tengah Selatan yang juga peduli dengan masalah kesehatan reproduksi, dia mendirikan Bacarita Kespro, yang merupakan ruang diskusi tanpa tabu tentang seksualitas. Mereka juga mengikutsertakan para tokoh agama setempat, juga menyentuh kearifan lokal dalam upaya memberikan edukasi, sehingga pendekatan ini, dirasakan akan lebih berhasil, karena dekat dengan anak dan remaja di lokasi tersebut.

Perlahan, semakin banyak anak dan remaja yang mengerti tentang kesehatan reproduksi tubuh mereka sendiri. Dengan demikian, hingga kini, program ini telah mengajak ribuan remaja dari puluhan komunitas di seluruh Nusa Tenggara Timur. Komunitas ini juga berkolaborasi dengan BKKBN, Komisi Penanggulangan AIDS dan Woman for Indonesia.

Kegiatan dan program yang dimulai Mariana di Nusa Tenggara Timur, sebaiknya juga diikuti oleh daerah-daerah lain, apalagi yang kekurangan akses pendidikan dan informasi, agar semakin banyak anak dan remaja yang lebih waspada dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi.

Daerah lain juga harus semangat bergerak, agar semakin banyak masyarakatnya yang tertolong, agar ketidaktahuan para remaja yang sudah ada, tak kembali berulang. Sedih sekali rasanya mendengar anak atau remaja yang hamil di luar nikah, dikeluarkan dari sekolah. Padahal mereka masih harus mengenyam pendidikan.

Semangat mengedukasi ini tak hanya bisa dilakukan oleh orang muda saja, tetapi para orangtua juga harus turut aktif dalam mensukseskan program kesehatan reproduksi, guna meningkatkan kesadaran awam agar para anak dan remaja perempuan khususnya, tak menjadi korban kekerasan seksual.

#APA2025-KSB


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun