Tanggal 6 Mei, dunia memperingati Wishbone Day---kampanye global untuk meningkatkan kesadaran tentang Osteogenesis Imperfecta (OI), kondisi langka yang menyebabkan tulang rapuh, terutama pada anak. Hari ini bukan sekadar simbol harapan bagi penyandang OI, tapi juga momen untuk memperkuat edukasi publik:
Benarkah anak-anak bisa mengalami tulang keropos seperti orang tua?
Jawabannya: YA, anak bisa terkena osteoporosis, meski kasusnya lebih jarang dibandingkan lansia. Ini disebut osteoporosis pediatrik, dan penyebabnya bisa sangat kompleks---bahkan dimulai sejak anak masih di dalam kandungan.
Fakta dan Data: Anak, Tulang, dan Risiko Kerapuhan
Sekitar 1 dari 15.000 -- 20.000 kelahiran mengalami Osteogenesis Imperfecta (OI) (Sumber: NIH, 2023).
Di Indonesia, belum ada data nasional spesifik tentang osteoporosis pada anak, namun laporan dari RSCM dan IDAI menyebutkan kasus tulang rapuh akibat terapi kortikosteroid dan gangguan metabolik semakin teridentifikasi sejak 5 tahun terakhir.
Penelitian global menunjukkan bahwa massa tulang puncak (peak bone mass) ditentukan hingga 90% pada usia 18 tahun, artinya masa kanak-kanak adalah periode emas pembentukan tulang (National Osteoporosis Foundation, 2021).
Anak dengan malnutrisi kronis, kurang aktivitas fisik, dan kurang paparan sinar matahari berisiko mengalami pertumbuhan tulang yang tidak optimal.
Apakah Ibu Anemia Bisa Menyebabkan Anak Punya Tulang Rapuh?
Ya, anemia pada ibu hamil bisa berkontribusi tidak langsung terhadap kerapuhan tulang anak.