A. Pengertian Metakognitif
Menurut John Flavell (1976), metakognisi mengacu pada pengetahuan seseorang tentang proses kognitifnya sendiri atau apa pun yang terkait dengannya, termasuk pemantauan aktif dan pengaturan serta pengorganisasian proses-proses ini dalam hubungannya dengan objek kognitif atau data yang relevan.
Menurut Brown (1987), metakognisi mengacu pada pengetahuan, kesadaran, dan pengendalian proses belajar dan berpikir seseorang.
Schraw & Dennison (1994) menyatakan bahwa metakognisi adalah kemampuan untuk merenungkan, memahami, dan mengendalikan pembelajaran seseorang.
Menurut Livingston (1997), metakognisi adalah pemikiran tingkat tinggi yang melibatkan kontrol aktif atas proses kognitif yang terlibat dalam pembelajaran.
Menurut Hacker (1998), metakognisi yaitu pengetahuan tentang pengetahuan dan proses kognitif, dan kondisi mental seseorang, serta kemampuan untuk memonitor dan mengaturnya.
B. Komponen Metakognitif
Metakognitif terdiri dari 2 komponen yaitu:
Pengetahuan Metakognitif
3 Dimensi Pengetahuan Metakognitif yaitu:
a. Orang: Pengetahuan umum tentang bagaimana manusia belajar dan memproses informasi, serta pengetahuan individu tentang proses belajarnya. Contoh: pengetahuan anak bahwa dia lebih pandai berhitung daripada temannya. Dalam hal ini, orang dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Intraindividu: Bahwa Anda dapat mempelajari sebagian besar hal lebih baik dengan mendengarkan daripada membaca.
2) Antarindividu: Bahwa salah satu teman Anda lebih peka secara sosial daripada yang lain.
3) Universalitas kognisi: Mereka dapat belajar bahwa ada berbagai tingkat dan jenis pemahaman (memperhatikan, mengingat, berkomunikasi, memecahkan masalah, dan lain-lain).
b. Tugas: Yaitu pengetahuan tentang sifat tugas serta jenis tuntutan pemrosesan yang akan dibebankan kepada individu. Dapat disebut juga informasi yang tersedia selama usaha kognitif, bisa juga disebut pemahaman tentang apa yang tersirat dalam mengelola usaha kognitif dan seberapa besar kemungkinan Anda akan berhasil dalam mencapai tujuannya. Anak akan mengetahui bahwa beberapa usaha kognitif lebih menuntut dan sulit daripada yang lain, bahkan dengan informasi yang tersedia yang sama. Misalnya: mgkn seseorang menyadari bahwa lebih mudah mengingat inti cerita daripada kata-katanya yang sebenarnya.
c. Strategi: Yaitu pengetahuan tentang strategi kognitif dan metakognitif, serta pengetahuan kondisional tentang kapan dan di mana waktu yang tepat untuk menggunakan strategi tersebut. Contoh, anak akan mulai meyakini bahwa cara yang baik dalam mengingat atau belajar adalah dengan memperhatikan secara seksama terhadap poin poin penting/ utama dan mencoba mengulanginya dengan kata-kata sendiri. Strategi metakognitif dapat mengaktifkan strategi yang ditujukan pada salah satu dari dua jenis tujuan---kognitif atau metakognitif. Sebagai contoh dari yang pertama, Anda merasakan (pengalaman metakognitif) bahwa Anda belum cukup memahami bab tertentu dalam teks Anda untuk lulus ujian besok, jadi Anda membacanya sekali lagi (strategi kognitif, yang ditujukan pada tujuan kognitif yang lugas, yaitu sekadar meningkatkan pengetahuan Anda). Sebagai contoh dari yang terakhir, Anda bertanya-tanya (pengalaman metakognitif) apakah Anda memahami bab tersebut dengan cukup baik untuk lulus ujian besok, jadi Anda mencoba mencari tahu dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri tentang hal itu dan memperhatikan seberapa baik Anda dapat menjawabnya (strategi metakognitif, yang ditujukan pada tujuan metakognitif untuk menilai pengetahuan Anda, dan dengan demikian, menghasilkan pengalaman metakognitif lainnya). Strategi kognitif digunakan untuk membuat kemajuan kognitif, strategi metakognitif untuk memantaunya.
Pengetahuan metakognitif menyangkut antara dua atau tiga dari jenis variable di atas. Contoh: Anda mungkin percaya bahwa Anda (tidak seperti saudara Anda) harus menggunakan Strategi A (bukan Strategi B) dalam Tugas X (dibandingkan dengan Tugas Y).
3 Aspek Pengetahuan Metakognitif
a. Pengetahuan deklaratif: Pengetahuan tentang diri sendiri dan tentang strategi.
b. Pengetahuan prosedural: Pengetahuan tentang bagaimana menggunakan strategi.
c. Pengetahuan kondisional: Pengetahuan tentang kapan dan mengapa menggunakan strategi.
Regulasi Metakognitif
Yaitu proses berurutan (perencanaan, pemantauan, dan pemeriksaan hasil) yang digunakan seseorang untuk mengontrol aktivitas kognitif, dan untuk memastikan bahwa tujuan kognitif telah tercapai. Regulasi metakognitif disebut juga strategi metakognitif atau pengalaman metakognitif. Pengalaman metakognitif diartikan sebagai kognitif atau afektif yang menyertai aktivitas intelektual. Contoh: perasaan Ketika tiba-tiba kita tidak dapat memahami apa yang orang lain katakan. Pengalaman metakognitif sangat mungkin terjadi dalam situasi yang merangsang banyak pemikiran yang cermat dan sangat sadar.
Menurut Artzt dan Armour-Thomas (1992) dan Backer (1989), Regulasi metakognitif terdiri dari 5 aspek yaitu:
a. Perencanaan
b. Strategi manajemen informasi
c. Pemantauan pemahaman
d. Strategi debugging
e. Evaluasi
Menurut Efklides (2001) Regulasi metakognitif terdiri dari 4 aspek yaitu:
a. Perencanaan: pemilihan strategi yang tepat, alokasi waktu belajar, dan prediksi hasil.
b. Pemantauan: penilaian proses kognitif seseorang.
c. Pengendalian: adaptasi atau perubahan perilaku terkait.
d. Evaluasi: penilaian kinerja dan efektivitas strategi seseorang.
- Strategi Kognitif dan Metakognitif:
- Metakognisi adalah berpikir tentang bagaimana berpikir dan memastikan tujuan berpikir tersebut tercapai. Berikut beda strategi kognitif dan strategi metakognitif: Strategi kognitif digunakan untuk membantu individu mencapai tujuan tertentu (misalnya, memahami teks) sementara strategi metakognitif digunakan untuk memastikan bahwa tujuan telah tercapai (misalnya, menguji diri sendiri untuk mengevaluasi pemahamannya terhadap teks tersebut).
- Pengalaman metakognitif biasanya mendahului atau mengikuti aktivitas kognitif. Contoh dari metakognitif mengikuti kognitif adalah ketika seseorang tidak mengerti apa yang baru saja dibacanya. Kebuntuan seperti itu diyakini mengaktifkan proses metakognitif saat pembelajar mencoba memperbaiki situasi (Roberts & Erdos, 1993).
- Strategi bertanya, dapat dianggap sebagai strategi kognitif atau metakognitif, tergantung pada tujuan penggunaan strategi tersebut. Misalnya, Anda dapat menggunakan strategi bertanya kepada diri sendiri saat membaca sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan (kognitif), atau sebagai cara untuk memantau apa yang telah Anda baca (metakognitif). Upaya untuk menguji salah satunya tanpa mengakui yang lain tidak akan memberikan gambaran yang memadai.
- Pengetahuan dianggap metakognitif jika secara aktif digunakan secara strategis untuk memastikan bahwa suatu tujuan tercapai. Misalnya, seorang siswa dapat menggunakan pengetahuan dalam merencanakan cara menghadapi ujian matematika: "Saya tahu bahwa saya (variabel orang) mengalami kesulitan dengan soal cerita (variabel tugas), jadi saya akan menjawab soal komputasi terlebih dahulu dan menyimpan soal cerita untuk terakhir (variabel strategi)." Sekadar memiliki pengetahuan tentang kekuatan atau kelemahan kognitif seseorang dan sifat tugasnya tanpa secara aktif memanfaatkan informasi ini untuk mengawasi pembelajaran bukanlah metakognitif.
C. Beda Metakognitif dengan Intelegensi
Sternberg berpendapat bahwa kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya kognitif secara tepat, seperti memutuskan bagaimana dan kapan tugas tertentu harus diselesaikan, merupakan inti kecerdasan (Sternberg, 1984, 1986a, 1986b).
D. Pengajaran Metakognitif
Individu dapat belajar cara mengatur aktivitas kognitif mereka dengan lebih baik yang disebut dengan Pengajaran Strategi Kognitif (Cognitive Strategy Instruction). Cognitive Strategy Instruction (CSI) adalah pendekatan instruksional yang menekankan pengembangan keterampilan dan proses berpikir sebagai sarana untuk meningkatkan pembelajaran. Pendekatan yang paling efektif untuk pengajaran metakognitif adalah melibatkan pemberian pengetahuan tentang proses dan strategi kognitif (yang akan digunakan sebagai pengetahuan metakognitif) dan pengalaman atau praktik dalam menggunakan strategi kognitif dan metakognitif serta mengevaluasi hasil dari upaya mereka (mengembangkan regulasi metakognitif). Implikasi dari metakognitif: mengajarkan siswa bagaimana menjadi lebih sadar akan proses dan produk pembelajaran mereka serta bagaimana mengatur proses tersebut untuk pembelajaran yang lebih Beberapa strategi pengajaran metakognitif antara lain:
Classroom-based inquiry (Li&Yuan, 2022): Peneliti melakukan berbagai instruksi metakognitif (pembelajaran teman sebaya, diskusi bersama, penilaian diri, dan refleksi diri) dalam pembelajaran kolaboratif konferensi kelas yang dirancang dan diorganisir secara sistematis dan progresif.
Betty's Brain: Siswa belajar tentang fenomena ilmiah dengan strategi mengajar Betty (seorang siswa virtual) (Zhang et al., 2022)
Self-testing (pengujian diri sendiri), spacing (pembelajaran terjadwal), interleaving (pembelajaran berselang-seling) (Stanton et al., 2021)
Metakognisi sosial (saling menilai, memberikan umpan balik, dan berbagi strategi secara aktif) (Stanton et al., 2021)
Pre-exam Planning Worksheet (awal semester), Exam-Wrapper (pasca-ujian tengah semester), Post-Course Survey (akhir semester) (Ratnayake et al., 2024)
E. Asesmen Metakognitif
Metakognitif dapat diukur dengan:
Metacognitive Awareness Inventory (MAI): kuesioner berjumlah 52 item yang terdiri dari 17 item untuk mengukur pengetahuan metakognitif, dan 35 item untuk mengukur regulasi metakognitif.
Wawancara mendalam, observasi, dan self assessment, refleksi diri secara tertulis.
F. Keuntungan Metakognitif
Keuntungan pengajaran metakognitif atau dampak positif pemberdayaan metakognitif, antara lain:
Meningkatkan penguasaan konsep.
Meningkatkan motivasi belajar.
Meningkatkan kreativitas.
Meningkatkan kemandirian.
Meningkatkan keterampilan berpikir analitis.
Meningkatkan kesadaran belajar.
Dan lain -lain
G. Hubungan Metakognitif dengan Self-regulated Learning
Metakognitif termasuk self-regulated learning (SRL) karena SRL merupakan kemampuan siswa untuk secara aktif mengatur proses belajar mereka sendiri melalui serangkaian strategi yang mencakup: motivasi, perilaku belajar, dan strategi kognitif dan metakognitif
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI