Mohon tunggu...
Nur Arviyanto Himawan
Nur Arviyanto Himawan Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pembelajar

Seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Wisma Hantu Part 2

3 November 2019   11:33 Diperbarui: 3 November 2019   11:48 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah beberapa hari kami tinggal di kos. Kebanyakan penghuni kos adalah mahasiswa baru dan waktu itu masih dalam suasana ospek. Ketika memasuki waktu subuh, sudah banyak anak kos yang beraktivitas. Sholat, mandi, persiapan ospek dan lainnya. Berangkat pagi dan pulang malam menjadi rutinitas kami selama ospek berlangsung.

Karena rutinitas itu lah aku tak sempat untuk mencuci baju, akhirnya terpaksa meloundry baju ku. Ada banyak tempat loundry di sekitaran kos, tapi entah mengapa kaki ku rasanya ingin melangkah agak lebih jauh. Sampailah aku ke sebuah rumah yang menyediakan jasa loundry. Letaknya masih di belakang kampus.

Aku masuk ke rumah itu dan disambut seorang ibu. Langsung saja aku utarakan niatku untuk meloundry baju. Setelah ditimbang, ibu itu menanyakan nama dan juga tempat kos ku.

Aku agak bingung ketika menjelaskan tempat kos ku karena aku belum hapal alamatnya. Alhasil aku hanya memberikan petunjuk arah. "Kalau dari sini lurus terus bu, nanti lewat jalan besar, terus masuk gang. Nah nanti kos ketiga sebelah kanan jalan, tingkat dua, warna putih, bangunannya baru".

Mendengar penjelasanku ibu itu ternyata langsung paham, lalu tiba-tiba ibu itu berkata, "Oh, Wisma Hantu yah Mas"

deg, dalam hati ku kaget,

"Nggih itu Bu, kok Ibu tau?", tanya ku penasaran

"Ya tau lah Mas, dulu ada anak situ yang langganan di sini", jawa ibu itu

"Memang sudah terkenal nggih Bu?", tanya ku makin penasaran

"Oh iya mas, dulu mas-mas yang jadi langganan saya cerita pernah beberapa kali diganggu. Kalo Mas sendiri sudah pernah diganggu?", jawab ibu itu dengan serius

"Belum pernah Bu, dan jangan sampai", jawabku dengan sedikit senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun