Mohon tunggu...
E. Niama
E. Niama Mohon Tunggu... Psikologi dan Pendidikan | Tentor Akademik | Penulis Lepas | Pengamat Kehidupan dan Pendengar Cerita | Serta Seorang Intuitive Thinker

Pengamat kehidupan yang percaya pada kekuatan kata. Sebagai lulusan Psikologi dan tentor akademik, saya terbiasa membaca dinamika manusia dari berbagai sisi. Menulis bagi saya adalah ruang kontemplasi sekaligus cara berbagi makna.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Quarter Life Crisis dan Seni Menemukan Sabar di Persimpangan Karier

25 September 2025   17:20 Diperbarui: 25 September 2025   20:56 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang terpenting, mimpi dan cita-cita mulia yang sudah dibentuk tidak boleh berhenti di tengah jalan meskipun kekecewaan datang berkali-kali. Jangan berhenti bergerak dan melangkah, sekecil apa pun itu. Keberhasilan tidak selalu datang dengan cepat, dan itu wajar.

Menemukan Manisnya Perjalanan

Setelah "episode" guru BK berakhir, aku tidak lantas menyerah. Justru, aku mulai melihat sisi manis dari perjalanan berliku ini.

Pertama, aku belajar tentang keberanian. Keluar dari zona nyaman bisnis keluarga untuk melamar kerja butuh courage. Menghadapi interview demi interview, meski sering ditolak, butuh mental yang kuat. Dan bangkit lagi setelah jatuh berkali-kali? Itu butuh resilience.

Kedua, pengalaman yang kuperoleh ternyata sangat berharga. Menjadi admin keuangan mengajarkanku tentang manajemen finansial. Menjadi guru BK, meski sebentar, memberiku insight langsung tentang dunia pendidikan. Menjadi tentor privat mengasahku dalam komunikasi dan teaching skills. Semua itu adalah bekal yang tidak akan sia-sia.

Ketiga, network yang tidak terduga. Siapa sangka bahwa "lawan" di interview tahun 2023 justru menjadi kunci kesempatan di tahun 2025? Hidup memang penuh surprise, dan kadang rejeki datang dari arah yang tak pernah kita duga.

Keempat, self-awareness yang semakin tajam. Aku jadi lebih mengenal diriku sendiri apa yang membuatku bahagia, apa yang membuatku stress, bagaimana cara terbaik untuk bangkit dari kegagalan.

Pesan untuk Fellow Quarter-Lifers

Jika kamu sedang membaca ini dan merasa berada di persimpangan yang sama, aku ingin kamu tahu: kamu tidak sendirian. Setiap kegagalan hanyalah plot twist, bukan akhir cerita. Timeline setiap orang berbeda, dan itu sangat wajar.

Dan untukku. Bukan berarti aku menyerah dengan mimpi utama. Keinginan untuk melanjutkan studi S2 Profesi Psikologi masih ada, meski kadang terkendala usia yang menjelang 30. Tapi aku belajar dari kisah Grandma Moses, seniman folk Amerika yang baru memulai karir sebagai pelukis di usia hampir 80 tahun.

Tidak ada kata terlambat dalam kesuksesan. Yang penting adalah tetap bergerak, melangkah, dan menikmati prosesnya.
Pindah karier di usia 30-an bagiku bukan kegagalan, tapi proses pendewasaan.

Karena pada akhirnya, manisnya hidup justru hadir dari keberanian untuk mencoba lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun