Nilai di Atas Kertas vs Kualitas Manusia
Apakah nilai di atas kertas cukup untuk menilai mutu seorang anak?
Pertanyaan ini terus menggema di benak saya setelah mengikuti webinar "Pendidikan Bermutu untuk Semua: Siap Hadapi Tantangan Abad 21" yang diselenggarakan Kemendikdasmen bersama Kompasiana kemarin 12 September 2025 di Surabaya. Di sana, Tes Kompetensi Akademik (TKA) menjadi salah satu topik hangat yang dibahas.
Kita semua pernah merasakan tekanan ujian. Dulu ada Ujian Nasional yang menentukan kelulusan dengan segala dramanya. Sekarang ada TKA yang diklaim lebih modern dan fleksibel. Tapi apakah benar-benar berbeda bagi siswa? Dan yang lebih penting: apakah cukup untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan abad 21?
Perjalanan Panjang: Dari UN ke TKA
Dulu, UN ibarat palu godam. Sekali ujian, nasib kelulusan siswa diputuskan. Hasilnya? Banyak siswa belajar hanya untuk menghafal, bukan memahami. Tekanan psikologis pun tinggi.
Sebagai respons, pemerintah menghadirkan Asesmen Nasional (AN). Bedanya, AN tidak mengukur individu, tapi memotret mutu sekolah dan daerah. AN lebih mirip cermin untuk sekolah, bukan nilai rapor pribadi siswa.
Nah, di sinilah TKA hadir. Tes Kompetensi Akademik (TKA) adalah langkah terbaru yang bersifat sukarela dan tidak menentukan kelulusan. TKA dirancang untuk memberikan informasi objektif tentang capaian akademik individu siswa, terutama untuk keperluan seleksi masuk perguruan tinggi atau beasiswa.
Kekuatan TKA: Menawarkan Objektivitas dan Relevansi
Fokus pada HOTS (Higher Order Thinking Skills)
Salah satu nilai tambah terbesar dari TKA adalah fokusnya pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skills (HOTS). Alih-alih menguji hafalan, TKA menantang siswa untuk bernalar, menganalisis, dan memecahkan masalah. Di sinilah letak perbedaannya dengan UN yang selama ini lebih banyak mendorong pembelajaran menghafal.
Objektif dan Terstandar
Keunggulan lain TKA adalah sifatnya yang objektif. Kita tahu bahwa penilaian sekolah kadang bias, bergantung pada standar guru atau bahkan kondisi lingkungan sekolah. Nilai rapor dari sekolah unggulan bisa berbeda bobotnya dengan sekolah lain. TKA hadir sebagai penyeimbang. Ia seperti jembatan yang menghubungkan berbagai standar penilaian di seluruh Indonesia, sehingga hasilnya bisa dijadikan rujukan yang lebih adil ketika siswa bersaing dalam seleksi.
Berguna untuk Seleksi dan Pemetaan
Bagi siswa, TKA juga bisa menjadi cermin. Hasilnya memberi gambaran jelas tentang kekuatan dan kelemahan mereka di bidang akademik, sehingga bisa menjadi dasar untuk memperbaiki strategi belajar. Bagi pemerintah, data agregat TKA bisa dipakai untuk memetakan mutu pendidikan di berbagai daerah.
Namun, di balik kelebihan itu, TKA tetap menyimpan sejumlah keterbatasan yang tidak bisa diabaikan.