Namun, di balik keunggulannya, TKA masih memiliki keterbatasan serius:
Cakupan yang Terbatas
Masalah utama TKA terletak pada ruang lingkupnya yang terbatas. Tes ini hanya mengukur ranah kognitif---kemampuan logika, numerik, atau verbal. Padahal, dunia pendidikan modern menuntut sesuatu yang lebih luas. Kreativitas, empati, kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan bekerja sama adalah kualitas yang sama pentingnya, tetapi tidak mungkin terdeteksi lewat lembar soal standar.
"Sukarela" yang Tidak Benar-benar Sukarela
Meskipun pemerintah menegaskan bahwa TKA bersifat sukarela, kenyataannya hasil TKA menjadi syarat resmi untuk masuk perguruan tinggi favorit melalui jalur prestasi. Ini menciptakan tekanan tersembunyi yang tidak kalah besar dari UN. Siswa yang tidak mengikuti TKA merasa tertinggal dalam kompetisi.
Potensi Memperlebar Kesenjangan
Status "sukarela" TKA justru bisa memperlebar kesenjangan pendidikan. Siswa dari keluarga mampu cenderung lebih siap karena memiliki akses ke bimbingan belajar tambahan, sementara siswa dari keluarga kurang mampu mungkin tidak tahu atau tidak siap mengikuti TKA.
Pendidikan Abad 21: Lebih dari Sekadar Nilai
Pendidikan abad 21 menuntut keterampilan yang jauh lebih luas dari yang bisa diukur TKA. Konsep 4C menjadi fondasi: Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication. Ditambah dengan empati, literasi digital, dan pembentukan karakter.
Bayangkan seorang siswa yang pintar matematika tetapi kesulitan bekerja dalam tim, atau anak yang jago teknologi tetapi tidak punya kepekaan terhadap orang lain. Potensi mereka akan terhambat jika aspek-aspek ini tidak ikut dipupuk sejak dini.
Atau sebaliknya, seorang siswa yang kreatif dan empatis, mampu menginspirasi teman-temannya, tapi kurang maksimal dalam tes tertulis. Sistem saat ini mungkin akan menganggapnya "kurang pintar."
Kenyataannya, dunia kerja modern membutuhkan manusia yang tidak hanya pintar secara akademis, tapi juga mampu berinovasi, berkolaborasi, dan berkomunikasi efektif.
Menuju Model Asesmen Hibrida
Lalu, apa yang bisa dilakukan? Solusi yang paling masuk akal adalah menggabungkan TKA dengan bentuk asesmen lain yang lebih autentik. TKA tetap diperlukan sebagai alat ukur akademik yang objektif, tetapi ia tidak boleh berdiri sendiri, tapi melengkapinya dengan sistem asesmen yang lebih holistik.
TKA Tetap Penting untuk:
- Mengukur kemampuan kognitif secara objektif
- Keperluan seleksi perguruan tinggi dan beasiswa
- Pemetaan mutu pendidikan nasional
Ditambah Asesmen Holistik: