Mohon tunggu...
E. Niama
E. Niama Mohon Tunggu... Psikologi dan Pendidikan | Tentor Akademik | Penulis Lepas | Pengamat Kehidupan dan Pendengar Cerita | Serta Seorang Intuitive Thinker

Pengamat kehidupan yang percaya pada kekuatan kata. Sebagai lulusan Psikologi dan tentor akademik, saya terbiasa membaca dinamika manusia dari berbagai sisi. Menulis bagi saya adalah ruang kontemplasi sekaligus cara berbagi makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Tes Kompetensi Akademik (TKA) Sudah Cukup Mengukur Potensi Siswa Pendidikan Abad 21?

13 September 2025   19:24 Diperbarui: 15 September 2025   14:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Talkshow pendidikan bermutu untuk semua siap hadapi abad 21 (diantaranya membahas terkait TKA). Sumber:  dokumentasi pribadi (screenshot melalui zoom)

3. Infrastruktur dan Teknologi Diperlukan sistem informasi yang dapat mengelola data asesmen yang beragam dan kompleks.

Kalau Hanya TKA, Ibarat Menilai Film dari Trailernya

Analoginya sederhana: kalau hanya pakai TKA, ibarat menilai kualitas film hanya dari trailernya. Kita butuh menonton keseluruhan ceritanya.

TKA memberikan gambaran kemampuan akademik siswa, yang memang penting. Tapi untuk benar-benar memahami potensi dan kesiapan mereka menghadapi masa depan, kita perlu melihat gambaran yang lebih utuh.

Seorang siswa mungkin tidak sempurna dalam tes tertulis, tapi luar biasa dalam memimpin tim, mencari solusi kreatif, atau menunjukkan empati kepada teman yang kesulitan. Kualitas-kualitas ini sama berharganya, bahkan mungkin lebih berharga, dibanding skor tinggi di kertas ujian.

Menuju Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

TKA adalah langkah maju dalam sistem evaluasi pendidikan Indonesia. Fokusnya pada HOTS dan pendekatan yang lebih objektif patut diapresiasi. Namun, kita tidak boleh berhenti di situ.

Pendidikan bermutu untuk abad 21 harus menilai anak sebagai manusia seutuhnya, bukan sekadar kumpulan angka dan skor. Sistem asesmen yang komprehensif akan membantu setiap anak mengenali dan mengembangkan potensi uniknya, bukan memaksa mereka masuk dalam satu cetakan yang sama.

Webinar kemarin mengingatkan kita pada visi besar: "Pendidikan Bermutu untuk Semua." "Untuk Semua" berarti mengakomodasi keragaman bakat, gaya belajar, dan potensi setiap anak. Ini hanya bisa terwujud jika sistem evaluasi kita juga beragam dan holistik.

Abad 21 butuh anak-anak yang bukan hanya pintar, tapi juga berani, kreatif, empatis, dan peduli. Mereka adalah generasi yang akan memimpin Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

Saatnya kita berevolusi dari paradigma "satu ukuran untuk semua" menuju pendidikan yang benar-benar memanusiakan manusia. TKA boleh menjadi salah satu alat ukur, tapi bukan satu-satunya. Karena sejatinya, nilai tertinggi dalam pendidikan bukanlah angka di atas kertas, melainkan karakter dan kontribusi yang akan mereka berikan untuk dunia.

Artikel ini terinspirasi dari webinar "Pendidikan Bermutu untuk Semua: Siap Hadapi Tantangan Abad 21" yang diselenggarakan Kemendikdasmen bersama Kompasiana, dan hasil riset mendalam tentang sistem asesmen pendidikan modern.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun