1. Project-Based Learning Siswa diberi proyek nyata yang menguji kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan kerja sama tim. Misalnya, proyek mengatasi masalah lingkungan di sekitar sekolah atau merancang aplikasi untuk membantu masyarakat.
2. Portofolio Pembelajaran Kumpulan hasil karya siswa dari waktu ke waktu yang menunjukkan perkembangan dan keragaman talenta. Ini bisa berupa karya tulis, proyek seni, hasil penelitian, atau dokumentasi kegiatan sosial.
3. Asesmen Karakter melalui Observasi Guru mengamati dan menilai bagaimana siswa berinteraksi, menunjukkan empati, memimpin, atau mengatasi konflik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
4. Peer dan Self Assessment Siswa menilai diri sendiri dan teman sebaya dalam konteks kerja kelompok atau proyek bersama. Ini melatih kemampuan refleksi dan memberikan perspektif 360 derajat.
Inspirasi dari Luar Negeri
Finlandia terkenal dengan sistem pendidikanya yang minim ujian namun menghasilkan siswa berkualitas tinggi. Fokusnya pada pembelajaran yang menyenangkan dan penilaian berkelanjutan oleh guru.
Kanada tidak memiliki ujian nasional seragam. Penilaian didasarkan pada proyek, tugas, dan partisipasi siswa yang mendorong kolaborasi dan komunikasi.
Jepang dan Korea Selatan, yang semula dikenal dengan sistem ujian yang sangat kompetitif, kini mulai melakukan reformasi untuk mengintegrasikan asesmen yang lebih holistik guna mengurangi stres siswa dan meningkatkan kreativitas.
Model hibrida bisa menjadi solusi yang tepat untuk Indonesia: mempertahankan TKA untuk kebutuhan objektif, sambil mengembangkan asesmen autentik di tingkat sekolah.
Tantangan dan Syarat Keberhasilan
Tentu saja, implementasi model hibrida ini tidak mudah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi:
1. Peningkatan Kapasitas Guru. Guru harus dilatih untuk mampu menyusun instrumen asesmen yang valid dan reliabel untuk keterampilan non-kognitif. Mereka harus memahami cara menggunakan rubrik, melakukan observasi sistematik, dan mengelola portofolio siswa.
2. Dukungan Kebijakan Pemerintah, harus menyusun kerangka kebijakan yang secara eksplisit mengakui dan memberikan bobot pada hasil asesmen holistik. Ini sejalan dengan visi mencetak profil pelajar Pancasila yang berkarakter.