Mohon tunggu...
Nuraini Amarsa
Nuraini Amarsa Mohon Tunggu... Human Resources - HR and Labor Specialist

Pegiat Jalan Kaki, Rock N Roll mom, 80s enthusiast, beach junkie

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karyawan Usang, Enaknya Diapain?

31 Januari 2023   17:05 Diperbarui: 31 Januari 2023   17:09 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass: 1985 didalamnya terdapat 4 elemen. Elemen-elemen tersebut adalah:

1. Stimulasi intelektual (intellectual stimulation)

Singkatnya, pemimpin transformational akan menampung ide-ide yang diutarakan karyawan untuk menghasilkan kinerja terbaik perusahaan. Sebetulnya tidak sulit memiliki elemen ini dari sisi pemimpin, cukup menjadi pendengar yang baik dan open minded. Hal ini saya rasakan sendiri di tempat kerja saya sebelumnya. Cukup dengan membuka pintu ruang kerja membuat kami para staff leluasa untuk bercerita dan mengutarakan ide-ide kami tanpa perlu takut apapun bahkan cenderung mendukung ide-ide baru untuk dilaksanakan.

2. Konsiderasi individual (individualized consideration)

Menjadi pemimpin transformational sebetulnya tidak begitu sulit, cukup menjadi pemimpin yang baik yang mengerti anak buah. Individualized consideration ini maksudnya pemimpin bisa menghargai perbedaan individu dimana setiap individu tidak sama. Ini pernah saya rasakan, saya sebagai ibu dari balita begitu dimengerti ketika setiap kali saya harus meninggalkan kantor karena keperluan anak, mulai dari urusan sekolah sampai ketika anak sakit.

Hal ini kesannya spele namun dampak pada karyawan sangatlah baik. Pemimpin yang bisa menghargai masing-masing individu cenderung akan dihargai dan dihormati. Contoh gampangnya adalah ketika karyawan hendak melakukan hal yang tidak baik, dia akan juga mempertimbangkan perasaan pemimpinnya dan bahkan cenderung menolak jiga diajak melakukan hal yang tidak baik. " Gak ah, gamau bolos, ga enak sama Bapak" misalnya seperti itu.

3. Motivasi inspirasional (inspirational motivation)

Pemimpin transformational cenderung menjadi mentor atau coach bagi karyawannya. Terlebih ketika krisis terjadi, pemimpin inilah yang ada digarda terdepan untuk membimbing karyawannya. Hal ini terjadi dengan perusahaan swasta yang tadi saya ceritakan diatas. Pemimpinnya tidak tanggung-tanggung untuk terus membimbing karyawannya untuk bisa menjual produknya. Bahkan ketika karyawannya dapat menjual lebih banyak dari yang diharuskan, pemimpin ini memberikan reward yang sangat baik.

4. Idealisasi pengaruh (idealized influence)

Menjadi pemimpin juga berarti menjadi panutan. Banyak bapak-bapak yang family man atau ibu-ibu dengan keluarga lengkap lebih mudah untuk mengatur bawahannya ketimbang yang tidak menikah. Hal ini memang tidak selalu, namun ini menunjukkan bahwa figur kebapakan atau keibuan menjadi figur panutan yang bisa diikuti karyawan. Tidak muluk-muluk tidak perlu harus menjadi idola k-pop atau super hero untuk menjadi panutan bukan?

Pemimpin transformational menurut saya juga memiliki "sense of hope" yang bisa memberikan aura positif di perusahaan yang selalu optimis. Ketika krisis terjadi, pemimpin ini tidak panik bahkan ketika pandemi kemarin para pemimpin yang berhasil tidak berkata bahwa pandemi adalah musibah. Pandemi merupakan momentum untuk bertumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun