Mohon tunggu...
Nuraini Amarsa
Nuraini Amarsa Mohon Tunggu... Human Resources - HR and Labor Specialist

Pegiat Jalan Kaki, Rock N Roll mom, 80s enthusiast, beach junkie

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karyawan Usang, Enaknya Diapain?

31 Januari 2023   17:05 Diperbarui: 31 Januari 2023   17:09 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namun sebetulnya para karyawan ini masih bisa diperbaiki dengan 2 kondisi. 

Kondisi tersebut adalah krisis dan pemimpin transformasional.

Kondisi pertama adalah kondisi krisis. Pandemi covid 19 tidak hanya membawa bencana, namun berkah untuk perusahaan-perusahaan yang dapat menghadapi ini dengan baik. Krisis  sendiri berasal dari bahasa Yunani - krisis; bentuk kata sifat: "kritis" atau kemelut adalah setiap peristiwa yang sedang terjadi (atau diperkirakan) mengarah pada situasi tidak stabil dan berbahaya yang memengaruhi individu, kelompok, komunitas, atau seluruh masyarakat.

Dilihat dari definisinya, krisis merupakan kondisi yang tidak stabil dan berbahaya. Situasi ini tentunya merupakan trigger terbaik untuk membuat karyawan-karyawan usang tersebut bisa memberikan kontribusi lebih baik bahkan kontribusi terbaiknya untuk perusahaan.

Ketika pandemi covid, teman saya yang bekerja di pemerintahan bercerita: Sebelum pandemi semua tidak ada yang peduli dengan kondisi kantor, contohnya saja pemakaian sumber daya seperti listrik dan air  yang seenaknya dan seakan tidak adhabisnya.Misalnya saja sebelum pandemi, air di kamar mandi terus mengalir tidak ada yang peduli untuk mematikan keran itu karena mereka berpikir bahwa itu bukan tugas mereka. Namun begitu pandemi terjadi dan begitu banyak kantor memangkas anggaran salah satunya di sektor pemerintahan, membuat krisis terjadi. Krisis ini yang memacu individu-individu untuk setidaknya bisa memberikan kontribusi lebih baik pada perusahaannya. Ini benar terjadi, ketika pandemi terjadi betapa karyawan-karyawan yang dahulu tidak peduli dengan kantornya mulai sedikit-sedikit peduli seperti dengan menggunakan lampu atau peralatan elektronik dengan secukupnya. Bahkan dikeadaan-keadaan tertentu mereka mulai berhemat kertas. Dulu mereka dengan seenaknya untuk membuang-buang kertas seakan-akan tidak ada habisnya, pandemi membuat mereka bisa bekerja lebih efisien dengan mencoba print kertas bolak-balik.

Hal ini terjadi juga di perusahaan sektor swasta. Krisis membuat karyawan-karyawan mau dan ternyata mampu untuk mengeluarkan potensi terbaiknya. Salah satu contohnya adalah perusahaan yang saya tangani. Dulu perusahaan ini bergerak di perdagangan peralatan kantor seperti komputer , kursi, dll. Betapa bingungnya ketika kantor-kantor mulai WFH dan orderan mulai sepi karena ini. Tanpa berpikir panjang, pimpinan dari perusahaan ini mulai mencari akal dengan mulai banting setir dengan penjualan sembako dan makanan frozen. Uniknya semua karyawan dipaksa untuk berusaha menjual semua dagangannya ini tanpa peduli apapun posisi dan job descripitionnya. Saya amati pergerakan dari beberapa karyawan dari perusahaan ini dalam beberapa hari. Kurang lebih ada 3 orang dengan posisi yang berbeda mulai dari HR, keuangan dan bagian logistik. Uniknya mereka semua memulai berjualan mulai dari memasang status di wa status hingga menyebar brosur hingga ke kantor saya. Saya pun mulai mewawancarai karyawan dari perusahan ini, saya tanya apa yang terjadi karena tidak biasanya mereka berjualan. Akhirnya mereka bercerita bahwa perusahaan tidak dapat pemasukan karena kebanyakan kantor WFH dan karena ini berkaitan dengan gaji-gaji mereka, mau tidak mau mereka membantu menjual sebanyak mungkin agar mereka tetap hidup dan gajian.

 
See? Betapa krisis sangat powerful dalam mendorong karyawan ini untuk dapat mengeluarkan potensi terbaiknya. Menariknya perusahaan ini sampai saat ini bahkan bertambah besar bahkan cabang dan unit bisnisnya sudah tersebar di Jawa Timur.

Namun tidak semua krisis dapat membuat karyawan terlebih karyawan yang dikatakan usang ini mengeluarkan potensi terbaiknya. Menurut pengamatan saya tidak semua sepakat mengatakan suatu keadaan sebagai keadaan krisis. Misalnya menurut karyawan A ini krisis tapi menurut karyawan B ini bukan krisisi. Namun bagaimana bisa ketika pandemi covid kemarin semua sepakat memandang ini sebagai krisis. Artinya adalah krisis ini merupakan sebuah keadaan yang tidak bisa dibuat-buat dan harus secara alamiah mungkin terjadi agar terkesan sebagai krisis.

Menurut pengamatan saya, banyak perusahaan yang mencoba menciptaan krisis agar karyawannya dapat mengeluarkan potensi terbaiknya. Krisis yang diciptakan berbagai mulai dari pemberian SP (Surat  Pemberitahuan), Pemotongan gaji, mutasi, demosi bahkan PHK. Namun kabar buruknya tidak semua berhasil.

Banyak perusahaan yang membuat seolah-olah krisis namun tidak bisa dipersepsikan sebagai krisis oleh karyawan. Kebanyakan krisis yang dibuat adalah omong kosong belaka yang tidak terbukti kejadiannya. Contohnya suatu perusahaan mengalami pergantian pimipinan, pimpinan berusaha membuat keadaan seolah-olah krisis, mulai dari penurunan laba perusahaan yang berakibat ancaman mutasi, potong gaji bahkan efisiensi. Hal ini sebetulnya dapat membuat karyawan bisa bekerja lebih baik, namun tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan krisis tersebut merupakan omong kosong belaka. Tidak terbukti kebenarannya. Bisa dibayangkan ketika kita sedang naik motor melihat awan mendung gelap dan sepertinya akan turun hujan deras, kita bersedia memakai jas hujan mengantisipasi hujan deras terjadi. Namun ternyata hujan tak kunjung dating, akankah kita tetap memakai jas hujan tersebut? Alih-alih panas dan ribet kita akan membukanya. Itulah analogi krisis yang saya jelaskan disini.

Kondisi kedua yaitu pemimpin transformational. Pemimpin transformational disini adalah orang yang selalu mendukung karyawannya untuk mengembangkan dan mengeluarkan seluruh potensi yang ada di diri mereka. Pemimpin tersebut akan sadar bahwa karyawan juga harus turut terlibat dalam mencapai visi perusahaan. Kata kuncinya adalah karyawan juga harus turut terlibat dan pengerahan seluruh potensi.  Kondisi kedua ini akan mendukung kondisi pertama tadi yaitu krisis, dimana krisis ini merupakan momentum yang dapat digunakan untuk mengoptimaliasi kontribusi karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun