Pada saat kegiatan inti, kelas sering kairiuh. Misalnya ketika menyusun kalimat, beberapa siswa bersorak gembira karena berhasil menyusunnya dengan cepat, sementara yang lain masih kebingungan. Ketika belajar mengenal perasaan, mereka tertawa saat melihat gambar wajah marah atau terkejut. Sementara pada latihan kata tanya, mereka berlomba- lomba ingin bertanya kepada temannya.
Suasana kelas riuh, namun penuh tawa. Ada siswa yang cepat memahami, ada pula yang masih kebingungan. Amri dan Ahmadi (2010) menekankan bahwa perbedaan kemampuan siswa memang tantangan umum dalam pendidikan dasar.
Evaluasi: Mengukur dan Membimbing
Setelah setiap pembelajaran, guru melakukan evaluasi, bentuk evaluasi bervariasi:
LKPD berisi latihan menyusun kalimat atau membuat pertanyaan.
Tes lisan berupa pertanyaan singat di depan kelas.
Tugas individu untuk menulis cerita pendek dengan menggunakan kata tanya.
Sebagian besar siswa menunjukkan hasil yang baik. Mereka mampu menyusun kaimat dengan runtut, mengenali perasaan dengan tepat, dan membuat pertanyaan sederhana. Namun, ada beberapa siswa yang masih kesulitan terutama dalam menempatkan kata tanya diawal kalimat.
Saya belajar bahwa evaluasi bukan sekedar angka atau nilai, tetapi juga sarana untuk memahami kebutuhan siswa. Anak yang masih kesulitan tidk boleh ditinggalkan, melainkan harus didampingi dengan bimbingan tambahan. Disinilah peran guru sevagai fasilitator sekaligus pembimbing benar- benar terasa.
Lebih dari Sekedar Mengajar