Malang, 20 Juli 2025 -- Nuansa kebudayaan lokal kembali menghangatkan malam di Desa Malangsuko, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Dalam upaya melestarikan seni tradisional warisan leluhur, warga desa menyelenggarakan Pagelaran Kesenian Jaranan dan Bantengan, yang sukses menghadirkan antusiasme masyarakat dari berbagai kalangan. Acara ini mendapat dukungan aktif dari kelompok seni lokal, perangkat desa, serta bantuan teknis dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Malang (UM).
Pagelaran yang dilaksanakan di ruang terbuka desa tersebut menjadi panggung apresiasi budaya yang meriah. Penampilan tiga grup bantengan dan satu grup jaranan diiringi langsung oleh musik karawitan campursari, menciptakan suasana sakral dan atraktif yang membangkitkan semangat warga untuk kembali mencintai seni tradisi daerahnya sendiri. Kegiatan ini merupakan inisiatif masyarakat Desa Malangsuko yang melihat pentingnya ruang ekspresi budaya lokal. Mahasiswa KKN UM hadir untuk membantu proses pelaksanaan, mulai dari perencanaan, promosi digital, penataan lokasi, hingga dokumentasi acara. "Kami hanya mendampingi dan membantu, sementara inisiatif dan semangat sepenuhnya datang dari masyarakat desa. Ini menjadi pengalaman berharga dalam mengabdi kepada masyarakat," ujar Nabilah Zakiyah Salmaa Firdaus, salah satu mahasiswa KKN UM.
Sebelum hari pelaksanaan, sejumlah tahapan telah dilakukan secara intensif. Koordinasi dengan pemerintah desa dan tokoh budaya menjadi langkah awal, disusul dengan pendataan kelompok seni lokal, penggalangan dukungan warga, dan persiapan logistik. Pelaksanaan gotong royong dalam penataan panggung dan area pertunjukan mencerminkan nilai-nilai kolektif yang masih kuat di desa ini.
Namun, pelaksanaan kegiatan tidak luput dari tantangan. Kondisi cuaca yang sempat mendung sempat menimbulkan kekhawatiran akan hujan. Selain itu, keterbatasan dana juga menjadi kendala dalam penyediaan fasilitas teknis seperti sistem suara dan dekorasi. Untuk mengatasinya, panitia bekerja sama dengan penyedia lokal dan memaksimalkan anggaran secara efisien. Waktu latihan kelompok seni juga disesuaikan secara fleksibel agar tetap optimal saat tampil. Kegiatan ini tidak hanya menjadi hiburan sesaat, namun juga mengandung nilai edukatif dan strategis bagi pengembangan potensi desa. Bagi generasi muda, kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran langsung tentang identitas budaya lokal. Di sisi lain, keterlibatan pelaku UMKM lokal dalam menyajikan kuliner dan produk kerajinan di sekitar lokasi acara turut membuka peluang ekonomi kreatif berbasis budaya.
Dengan berakhirnya kegiatan ini, Desa Malangsuko kembali meneguhkan identitasnya sebagai desa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Pagelaran kesenian tradisional ini bukan hanya bentuk pelestarian, tetapi juga simbol bahwa warisan budaya dapat menjadi fondasi kebersamaan, semangat gotong royong, dan peluang kemajuan desa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI