Korupsi tak lahir begitu saja. Ia tumbuh dari kebiasaan kecil: ketidakjujuran, mental instan, hingga perilaku manipulatif yang dibiarkan sejak dini.Â
Di titik inilah guru memegang peran vital. Lebih dari sekadar pengajar, guru adalah benteng karakter, garda depan yang bisa memutus rantai lahirnya para koruptor masa depan melalui pendidikan integritas di ruang kelas.Â
Namun, perjuangan ini tak bisa ditanggung guru sendirian. Diperlukan dukungan penuh dari orang tua serta ketegasan pemerintah dalam menindak dan memberikan efek jera bagi para pelaku korupsi.
Korupsi: Penyakit Kronis Bangsa
Korupsi sudah lama disebut sebagai musuh terbesar pembangunan bangsa. Dari praktik suap kecil hingga kasus besar yang melibatkan pejabat publik, dampaknya sangat merusak.Â
Anggaran negara yang seharusnya digunakan untuk pendidikan, kesehatan, atau pembangunan infrastruktur justru bocor di tengah jalan. Rakyat menjadi korban, kepercayaan publik hancur, dan masa depan generasi muda terancam.
Pertanyaannya, mengapa korupsi begitu sulit diberantas? Banyak yang menjawab dengan alasan lemahnya penegakan hukum.Â
Namun, jika ditelisik lebih dalam, korupsi adalah masalah mentalitas yang sudah mengakar. Ia lahir dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang tampak sepele, misalnya membiarkan anak mencontek, memaklumi titip absen, atau membiarkan kecurangan terjadi tanpa konsekuensi.Â
Jika perilaku ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang permisif terhadap korupsi.
Guru: Lebih dari Sekadar Pengajar