Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru (Bukan) Beban Negara

19 Agustus 2025   23:19 Diperbarui: 19 Agustus 2025   23:19 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru sekolah khusus saat mengajar murid dengan hambatan pendengaran (Sumber: dok. Pribadi/Nuning Sapta Rahayu)

Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mempertanyakan apakah gaji guru sepenuhnya harus ditanggung negara, memantik gelombang reaksi dari masyarakat, khususnya kalangan pendidik.

Bagi para guru, ucapan itu terasa seperti mengaburkan hakikat profesi mereka sebagai pilar bangsa. Di balik seragam sederhana, banyak guru justru berkorban hingga merogoh kocek pribadi demi memastikan anak didiknya tetap mendapat pembelajaran bermakna. 

Maka pertanyaan yang relevan bukanlah apakah guru beban negara, melainkan bagaimana negara menempatkan guru sebagai investasi masa depan.

Narasi yang Mengusik

Isu bermula dari sebuah potongan pernyataan Menkeu dalam forum publik. Video tersebut sempat dipelintir hingga menimbulkan hoaks bahwa Sri Mulyani menyebut guru sebagai beban negara. 

Kementerian Keuangan kemudian meluruskan bahwa video itu hasil manipulasi. Sri Mulyani sendiri menegaskan, ia tidak pernah menyatakan guru sebagai beban negara.

Namun, sebagian isi pidato yang mempertanyakan apakah gaji guru harus sepenuhnya ditanggung negara tetap menimbulkan gelombang perasaan yang sulit ditepis. 

Banyak guru merasa kata-kata itu menyakitkan. Bukan karena menolak keterlibatan masyarakat dalam pendidikan, tetapi karena seolah-olah keberadaan guru dapat ditawar-tawar kontribusinya.

Guru, Penopang Bangsa

Sejak lama guru ditempatkan pada posisi terhormat dalam budaya Indonesia. Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan nasional, mewariskan falsafah: "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani." Guru adalah teladan di depan, penggerak di tengah, sekaligus penyemangat di belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun