Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Tantrum Itu Pesan, Bukan Masalah, Moms!

8 Agustus 2025   15:00 Diperbarui: 8 Agustus 2025   14:49 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak tantrum (Sumber: freepik)

Moms, pernah nggak sih, lagi asyik belanja di pusat perbelanjaan atau duduk santai di rumah, tiba-tiba si kecil menangis kencang, berteriak, bahkan berguling di lantai? 

Tatapan orang sekitar mulai terasa menusuk, dada terasa sesak, dan pikiran langsung penuh pertanyaan: “Kenapa lagi sih?”

Bagi sebagian orang, tantrum dianggap sebagai tanda anak nakal atau manja. Padahal, bagi anak dengan spektrum autisme, tantrum sering kali adalah bahasa rahasia yang muncul ketika kata-kata belum bisa tersusun rapi. 

Itu bukan “ulah” yang harus dimarahi, melainkan sinyal darurat yang sedang mereka kirimkan. Pertanyaannya, siapkah kita membacanya?

1. Memahami Dunia Anak dengan Spektrum Autisme

Bagi anak autisme, dunia bisa terasa seperti konser musik rock yang tidak pernah berhenti; terlalu terang, terlalu bising, terlalu banyak kejutan yang sulit diprediksi. Hal-hal kecil bagi kita, bisa jadi “terlalu besar” bagi mereka.
Bayangkan:

  • Lampu di kelas terlalu terang sampai menyilaukan
  • Suara blender di dapur terdengar seperti ledakan meriam
  • Jadwal bermain yang tiba-tiba dibatalkan
    Semua itu dapat memicu reaksi emosional besar. Dan ketika mereka tidak punya cara untuk menjelaskan perasaan itu dengan kata-kata, tantrum menjadi pilihan komunikasi terakhir.

2. Intervensi Dini: Membuka Jendela Komunikasi

Riset dalam Journal of Autism and Developmental Disorders menunjukkan bahwa intervensi dini mampu mengurangi frekuensi dan intensitas tantrum hingga 60%.

Metode seperti Applied Behavior Analysis (ABA), terapi okupasi, terapi wicara, hingga integrasi sensorik membantu anak:

  • Mengenal emosi dan mengaturnya
  • Menemukan cara alternatif untuk menyampaikan kebutuhan
  • Beradaptasi dengan perubahan lingkungan
    Intervensi dini ibarat membuka jendela yang selama ini tertutup rapat. Semakin cepat dibuka, semakin banyak cahaya komunikasi yang masuk, membuat anak lebih mudah “bicara” tanpa perlu meledak.

3. Belajar Bahasa Anak: Dari Gerakan Kecil hingga Tatapan Mata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun