Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tulisan Ini Tidak Akan Mengubah Hidupmu, Tapi ....

6 Agustus 2025   19:09 Diperbarui: 6 Agustus 2025   19:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thinking for a while (Sumber: freepik)

... Tapi mungkin Membuatmu Berhenti Sejenak dan Berpikir

Pernahkah kamu membaca sesuatu yang tidak mengubah apa pun, tapi membuatmu merasa... seperti manusia?

Di tengah derasnya konten motivasi bertajuk "Life-Changing Habits", "Rahasia Menjadi Versi Terbaik Dirimu", dan "Bangun Jam 5 Pagi Maka Kamu Akan Sukses", izinkan tulisan ini hadir sebagai anomali.

Ia tak menjanjikan apapun. Tak membawa janji surga dunia. Tak akan membuatmu kaya, sukses, glowing, atau bertambah follower. 

Tulisan ini mungkin justru membuatmu tidak nyaman. Tapi barangkali, itu gunanya berpikir.

"Kenapa Aku Harus Berubah?" Kata Si Aku yang Sudah Cukup Baik

Kita hidup di era obsesif: semua orang ingin jadi versi yang lebih baik, lebih produktif, lebih disiplin, lebih sukses, lebih-lebih-lebih sampai lupa, dulu maunya hidup untuk apa, sih?

Kita diberi makan semangat yang dipoles rapi:

  • "Keluar dari zona nyaman!"
  • "Gagal adalah sukses yang tertunda!"
  • "Ubah mindset-mu, maka semesta berubah!"

Padahal mungkin, sebagian dari kita bukan butuh motivasi, tapi validasi untuk merasa cukup. 

Kita tidak selalu harus "naik level". Kadang kita hanya perlu duduk diam dan menyadari bahwa "tidak apa-apa menjadi biasa-biasa saja."

Hening yang Dicemooh, Jeda yang Dianggap Tidak Produktif

Jika kamu diam sebentar di warung kopi tanpa membuka HP, kamu akan tampak... aneh. Semua orang sibuk scroll, tap, like, comment, repeat. Seolah berpikir adalah kemalasan yang dibungkus kesia-siaan.

Padahal, menurut filsuf Prancis Blaise Pascal, "Masalah utama manusia adalah ketidakmampuannya untuk duduk tenang sendirian di kamar." Kita lebih takut dengan sunyi daripada gagal.

Kita takut mendengar suara sendiri,karena bisa jadi, itu suara yang sudah kita abaikan bertahun-tahun.

Refleksi Itu Tidak Menjual, Maka Dijadikan Barang Langka

Berpikir itu bukan tren. Ia tidak viral di TikTok. Tidak ada "refleksi challenge" yang membuatmu menang giveaway. Filosofi tidak memikat algoritma. Tapi ia penting.

Pertanyaan-pertanyaan sederhana justru sering dihindari:

  • Apa yang sebenarnya membuatku hidup?
  • Mengapa aku memilih pekerjaan ini?
  • Siapa yang aku bahagiakan, sebenarnya?

Kamu tidak perlu segera tahu jawabannya. Tapi membiarkan dirimu mendengar pertanyaan-pertanyaan itu saja, sudah cukup untuk disebut sadar.

Tulisan ini tidak memberimu solusi, karena mungkin hidup tak butuh solusi!

Hidup bukan soal menyelesaikan, tapi menjalaninya. Kita bukan teka-teki. Kita adalah makhluk yang sedang tumbuh, bukan mesin yang harus terus diperbaiki agar optimal.

Maka, jika setelah membaca ini kamu tidak terdorong untuk jadi lebih hebat, tidak masalah. Justru itu mungkin artinya kamu sudah cukup dewasa untuk tahu: hidup tidak harus selalu spektakuler.

Tak Semua Tulisan Harus Mengubahmu, Tapi Boleh Saja Menyentuhmu

Barangkali kamu akan menutup artikel ini dengan perasaan "hmm..." tanpa tahu kenapa. Atau kamu akan lanjut scrolling dan melupakannya dalam satu jam.

It's okay. Tulisan ini memang tidak bertugas mengubahmu. Ia hanya ingin berkata:

"Hai, manusia. Sudah lama kamu sibuk jadi 'sesuatu'.
Bagaimana kalau kamu kembali jadi 'seseorang'?

Jika kamu ingin jadi versi terbaik dari dirimu, bagus. Tapi jika hari ini kamu hanya ingin menjadi versi paling jujur, itu juga luar biasa.

Semoga bermanfaat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun